Wali Kota Bogor, Bima Arya menerima penghargaan Kepemimpinan Toleransi Terbaik tingkat kota dari Setara Institute. Penghargaan diserahkan pada Launching dan Penghargaan Indeks Kota Toleran tahun 2023 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Dalam acara yang digelar Selasa (30/1), Bima mengatakan Setara Institute merupakan lembaga yang spesial bagi masyarakat Kota Bogor. Pasalnya, lembaga ini pernah memberikan predikat Kota Bogor sebagai kota Intoleran di tahun 2015.
"Saat itu tidak ada yang tidak gundah dan galau dengan predikat itu, karena kami merasa DNA kota kami itu DNA yang cinta atas kebersamaan dalam keberagaman. Tapi teman-teman Setara tentu ada data, ada argumentasi, kami sadar bahwa banyak yang harus kami benahi ketika itu," kata Bima dalam keterangan tertulis, Rabu (31/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca dari predikat tersebut, Bima mengatakan akan terus berupaya menyelesaikan persoalan hingga tuntas. Ia menyadari menjadi wali kota tidak hanya mengolah kata, menata kota, tapi juga membangun manusia dan menjadikan kota untuk semua.
"Kami terima kasih atas kolaborasi dan sinergi dengan semua, karena banyak dukungan untuk menjadikan Kota Bogor menjadi kota yang lebih baik dan penghargaan ini kami persembahkan bagi warga Kota Bogor dan warga Indonesia yang percaya bahwa perbedaan adalah keniscayaan, keberagaman adalah keharusan tapi kebersamaan harus terus diperjuangkan," jelasnya.
Lebih lanjut, Bima menjelaskan semua penghargaan ini dapat tercapai atas kolaborasi dan sinergi dengan semua. Hal ini juga merupakan ikhtiar selama 10 tahun untuk memastikan nilai-nilai kemanusiaan dan keberpihakan kepada minoritas menjadi utama di Kota Bogor.
Bima juga menitipkan agar wali kota selanjutnya dapat memperkuat Indeks Toleransi di Kota Bogor.
"Tahun ini Indeks Toleransi Kota Bogor naik dari ke-17 ke-12 dan untuk ukuran kota besar naik dari peringkat ke-5 ke peringkat ke-3," paparnya.
Sementara Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Ismail Hasani mengatakan Indeks Kota Toleran adalah satu kerja studi pengukuran terhadap kinerja kota-kota di Indonesia.
"Kinerja wali kota paling menentukan, selain itu juga ada kinerja masyarakat, tokoh agama, tokoh sosial, elemen masyarakat sipil dan seterusnya. Jadi di dalam Indeks Kota Toleransi ini ada empat variabel yang hari ini kita perkenalkan tiga penopang kepemimpinan ekosistem toleransi," jelasnya.
Dalam narasi yang ditampilkan saat pemberian penghargaan, disebutkan Kota Bogor pernah duduk di peringkat papan bawah Indeks Kota Toleran dalam dua studi indeks ini. Meski demikian, Ismail Kota Bogor terus bertransformasi menjadi kota toleran.
Ismail menambahkan, kasus yang menahun mampu diurai dan dipecahkan, peristiwa intoleransi dapat ditekan, semua masyarakat sipil dirangkul, dan kebijakan penganggaran juga dialokasikan. Menurutnya, Kota Bogor mampu mengokohkan ekosistem toleransi melalui tata kelola yang inklusif dan fokus memperkuat politik kepemimpinan bertoleransi kepemimpinan birokrasi dan sosial.
Ismail mengungkapkan Program Setara Intitute adalah bagaiamana membagun eksositem toleransi memperluas inklusi dan menopang Indonesia 2045.
"Jadi ekosistem toleransi ini di antaranya ditopang oleh tiga hal. Pertama, kepemimpinan politik toleransi. Kedua, kepemimpinan sosial. Ketiga adalah kepemimpinan birokrasi," pungkasnya.
Sebagai informasi, penghargaan ini merupakan satu dari tiga penghargaan khusus yang diberikan oleh Setara Institute dalam Indeks Kota Toleran dari hasil studi yang dilakukan dari 94 wilayah kota di Indonesia melalui riset selama satu tahun pada tahun 2023.
Setara Institute melakukan studi dan riset untuk mendapatkan peringkat tertinggi yang layak mendapatkan penghargaan dengan Indeks Kota Toleran Terbaik di tahun ini.
Tonton juga Video: Jembatan Otista Bogor Diresmikan Jokowi Seusai Direvitalisasi