Haedar Nashir Harap Perbedaan Awal Puasa dan Lebaran Tak Jadi Polemik

Haedar Nashir Harap Perbedaan Awal Puasa dan Lebaran Tak Jadi Polemik

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Sabtu, 20 Jan 2024 15:51 WIB
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan hasil hisab 2024, Sabtu (20/1/2024).
Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir (Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Jakarta -

PP Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024 dan Idul Fitri pada 10 April 2024. Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir berharap pengumuman penetapan ini tak menjadi polemik di masyarakat.

Haedar menyampaikan itu dalam konferensi pers pembacaan Maklumat Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H pada Sabtu (20/1/2024). Awalnya, ia menegaskan terbitnya maklumat ini lumrah dilakukan setiap tahun dengan menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yang dipedomami oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

"Penegasan ini perlu disampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi, apalagi polemik, kok Muhammadiyah mendahului, karena tidak ada yang kami dahului. Sebaliknya, tak ada yang kami tinggalkan," kata Haedar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haedar memandang adanya perbedaan hari awal puasa maupun awal Lebaran antara pemerintah dan kelompok di masyarakat merupakan hal yang biasa terjadi. Ia lantas mengimbau masyarakat toleran dalam menyikapi perbedaan itu.

"Maka kesamaan dan perbedaan menjadikan harus sudah menjadikan muslim terbiasa toleran, tasamuh," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Haedar menyampaikan PP Muhammadiyah terbuka terhadap solusi menyeragamkan hari melalui penyusunan kalender global internasional. Meski begitu, ia sadar, membuat kalender tersebut memerlukan waktu panjang.

"Untuk perwujudan satu kalender Islam global itu perlu waktu, sehingga memiliki satu kalender global seperti juga kalender miladiyah tidak ada lagi perbedaan dan tidak ada lagi kegiatan membuat kita ikhtilaf, berbeda dalam penentuan," terangnya.

Terakhir, ia berpesan agar memaknai ibadah puasa Ramadan serta Idul Fitri untuk memperkaya spiritualitas. Ia meminta agar tak ada saling serang karena perbedaan waktu ibadah.

"Jadi kalau berbeda, tidak perlu ribut, apalagi saling menghujat, menyalahkan, yang membuat nilai ibadahnya jadi berkurang. Jadi kita jalani semua, jadikan ibadah kita memperkaya spiritualitas, memperkaya relasi hubungan sosial yang damai, toleran, bersatu dalam keragaman dan tidak kalah pentingnya membawa umat dan bangsa kita makin berkemajuan," imbuhnya.

(taa/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads