Kisah Bripda Michael, Anak Residivis Kasus Narkoba Bangkit dari Trauma

Audrey Santoso - detikNews
Jumat, 05 Jan 2024 11:37 WIB
Bripda Michael Paren (19). (dok. istimewa)
Jakarta -

Bripda Michael Paren (19) merupakan anak residivis kasus narkoba yang baru saja dilantik setelah mengikuti Pendidikan Pembentukan Bintara (Diktukba) Gelombang II Tahun Anggaran 2023 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Kalimantan Utara (Kaltara). Berangkat dari trauma akan dampak narkoba terhadap keluarganya, Michael bertekad menjadi polisi untuk melindungi keluarganya dari narkoba.

Sulung dari tiga bersaudara ini tak ingin adik-adiknya, Brian dan Albert, terjerumus ke lubang yang sama seperti ayah mereka. Ayah Michael, Maclery, dua kali ditangkap dan ditahan polisi lantaran barang haram tersebut.

"Bapak saya pernah terjaring narkoba, jadi saya nggak mau keluarga saya ikut terjaring lagi, ikuti jejak bapak saya," kata Michael kepada detikcom, Rabu (3/1/2024).

Michael terlahir dari keluarga sederhana suku Dayak Lundayeh pada 18 Agustus 2004. Ia tumbuh di sebuah rumah kontrakan di Samarinda, Kalimantan Timur. Saat usia Michael setahun, keluarganya pindah ke kampung halaman ibunda, Novita, di Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara).

Pada usianya yang ke-10 tahun, Michael harus menelan pil pahit kehidupan lantaran ayahnya terlibat kasus narkoba dan dipenjara selama dua tahun. Ibunda, Novita, harus menggantikan peran Maclery sebagai tulang punggung keluarga, dengan bekerja sebagai buruh tani.

Kondisi ekonomi keluarga yang tetap saja terasa sulit kemudian memaksa Michael untuk membantu meringankan beban ibunda. Michael, yang kala itu duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD), bekerja membersihkan lahan milik pamannya, menanam bibit sawit, dan juga memanen sawit.

"Di situ karena saya lihat Ibu biayai saya sendiri sama adik-adik, jadi saya di situ sering bekerja sama paman saya untuk cari uang-uang jajan sendiri. Jadi saya tidak perlu minta Ibu," cerita Michael.

Bripda Michael Paren bersama paman (batik biru), ibu (baju merah) dan bibinya (baju ungu) setelah dilantik di SPN Polda Kalimantan Utara pada Kamis (21/12/2023). (dok. istimewa)

Dua tahun berselang, yakni 2015, Michael sempat merasa lega lantaran Maclery keluar dari penjara dan kembali bekerja sebagai sopir truk batu bara. Meski demikian, Michael mengaku sudah terbiasa bekerja sehingga tak bisa berpangku tangan, meski ayahnya sudah kembali mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga.

Singkat cerita, keluarga Michael kembali tertimpa masalah lantaran Maclery kembali tersandung kasus narkoba dan divonis 2 tahun penjara pada 2017. Penangkapan ayahnya untuk kedua kalinya membuka luka atau trauma lama Michael.

"Dampak yang saya dapatkan itu orang tua saya, bapak saya masuk sel, dan cerai dengan ibu saya. Jadi saya sama adik-adik cuma tinggal sama Ibu sendiri, tapi saya dibesarkan Nenek," ucap dia.

Novita dan Michael pun kembali menjadi tulang punggung keluarga. Michael pun kembali bekerja membantu pamannya seperti membantu membersihkan lahan sawit, menanam sawit, dan memanen sawit selepas pulang dari sekolah.

Meski di tengah kesulitan hidup, Michael, yang sehari-hari pergi-pulang sekolah dengan berjalan kaki, menorehkan prestasi. Dia terpilih menjadi anggota Paskibraka tingkat Provinsi pada 2021.

Michael menjadikan prestasi itu sebagai pencapaian pertamanya. Dia lalu mengaku mulai tergerak untuk memikirkan masa depan dan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya, karena dia merasa memikul tanggung jawab menggantikan peran sebagai ayah untuk adik-adiknya.

Bripda Michael Paren bersama kedua adiknya, Brian dan Albert, setelah dilantik di SPN Polda Kalimantan Utara pada Kamis (21/12/2023). (dok. istimewa)

Perjuangan Ikut Seleksi Polri

Dengan tekad yang kuat, Michael hendak membuktikan dirinya mampu menggapai cita-cita di tengah keterbatasan. Novita mengatakan kepada anaknya bahwa tak ada uang untuk biaya fotokopi berkas empat rangkap, sesuai syarat pendaftaran. Pun ongkos untuk mengikuti seleksi tahap akhir bintara Polri di Polda Kaltara.

"(Michael mengatakan) 'Aku mau ke Tanjung, sudah berangkat', katanya. Numpang motor temannya karena ndak punya ongkos. Naik bus itu pun titip barangnya, baru dia numpang sama temannya naik motor," kata Novita.

"Tapi dia datang pamit, 'Mak, doakan aku supaya aku lolos'. Saya bilang, 'Iya, Nak, kamu pasti lolos karena Tuhan baik, kamu pasti lolos'. Berangkatlah dia, berangkatlah dia dengan harapannya itu," cerita Novita sambal berurai air mata.

Teman Michael tak hanya memberi tumpangan, tetapi juga makan, tempat tinggal, dan pinjaman kendaraan hingga akhir proses seleksi anggota Polri. Pada saat hari pengumuman akhir penerimaan Bintara Polri, Novita bersyukur karena Michael Paren melihat namanya di layar monitor dengan status Lulus Terpilih dengan peringkat sepuluh.

Simak juga 'SSDM Polri Wujudkan Prinsip Presisi':






(aud/fjp)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork