Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Muhammad Abdullah Syukri menyoroti dua hal terkait Polri di akhir tahun ini. Pertama adalah soal kegiatan cooling system jelang Pemilu 2024, kedua adalah soal gaya kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
"Yang pertama kami aktivis, kebetulan saya juga dari ponpes yang langsung berhubungan dengan masyarakat, tadi salah satu isu yang disorot adalah tentang pemilu" ujar Abdullah di Rapat Akhir Tahun (RAT) 2023 Polri, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Jaksel), Rabu (27/12/2023).
Syukri menuturkan pada Pemilu 2019, Indonesia menghadapi kondisi yang berpotensi memecah belah bangsa. Dan saat ini, Syukri tak merasakan hal yang sama seperti 2019 lalu.
"Kita tahu di momen pemilu sebelumnya, rekayasa politik yang dibuat itu cukup mengkhawatirkan dan hampir saja memecah belah bangsa kita. Dan hari ini tadi saya melihat ada cooling system yang dibuat oleh Mabes Polri," ujar Syukri.
"Itu menunjukkan keberhasilannya karena kami hari ini tidak melihat situasi seperti sebelumnya, meskipun sangat dinamis siutausi di bawah. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan Polri untuk menjaga kesatuan NKRI dengan cooling system menjelang pemilu 2024," sebut Syukri,
Dia lalu mengomentari jalannya rilis akhir tahun, yang selama berlangsung tak hanya membahas capaian Polri, namun juga hal-hal yang masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi di Polri. Dia pun mengapresiasi sikap Kapolri yang tegas namun humanis.
"Yang kedua, yang menarik dari rilis akhir tahun 2023 ini, ternyata yang disampaikan tidak hanya hal-hal yang baik saja. Tetapi pak Kapolri juga menyampaikan secara terbuka tentang kritik, dan juga hal negatif yang keluar di medsos," kata Syukri.
"Saya memahami betul, karena saya juga pemimpin di organisasi saya. Bahwa menerima kritik itu hal yang wajib buat pemimpin, tapi di satu sisi juga hal yang berat. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Pak Listyo Sigit di satu sisi tegas, tapi satu sisi juga humanis. Bagaimana menerima kritik menjadi masukan untuk perbaikan Polri ke depannya," pungkas dia.
Sebelumnya Jenderal Sigit menyampaikan sejumlah strategi untuk mengamankan Pemilu 2024. Jenderal Sigit mengatakan salah satu upayanya adalah Polri menggelar Operasi Mantap Brata hingga Operasi Nusantara Cooling System.
"Polri (telah) menggelar Operasi Mantap Brata tahun 2023-2024, Operasi Nusantara Cooling System 2023-2024, Satgas Anti Money Politics dan Satgas Pemilu Damai," kata Jenderal Sigit, saat menyampaikan Rilis Akhir Tahun 2023 tadi pagi.
Jenderal Sigit mengatakan berbagai macam kegiatan Polri dilakukan untuk mendukung Operasi Mantap Brata, antara lain Polri menggelar Operasi Nusantara Cooling System 2023-2024 untuk menjaga situasi aman, damai, dan kondusif selama tahapan Pemilu dan Pemilihan Serentak 2024 dan kegiatan lainnya.
Selain itu Polri juga telah membentuk pola pengamanan sistem wilayah/zonasi, dimana Korps Brimob Polri terbagi dalam 4 wilayah dan Dalmas Nusantara terbagi dalam 7 zonasi. Sehingga terdapat 2.720 personel yang bisa digerakkan oleh kapolri, serta 8.500 personel Dalmas Nusantara yang siap dimobilisasi ke seluruh wilayah Indonesia sebagai kekuatan back up untuk wilayah.
Selain itu Jenderal Sigit mengungkap Polri juga telah melakukan kerjasama MoU dengan TNI untuk bersinergi melaksanakan tugas dan fungsi TNI dan Polri. Selain itu Jenderal Sigit mengatakan Polri telah memiliki MoU dengan KPU dan Bawaslu sebagai landasan hukum sinergitas pelaksanaan tugas di lapangan.
Kemudian Polri juga menggelar FGD/ Dialog Publik, membuat Pakta Integritas, Coffee Morning, doa bersama dan deklarasi Pemilu Damai. Selain itu Polri juga telah membangun rumah kebangsaan di 34 Polda sebagai sarana cooling system maupun wadah kolaborasi berbagai elemen masyarakat, seperti pemuda, mahasiswa, organisasi masyarakat, dan organisasi keagamaan. Hal itu dilakukan untuk mencegah masalah polarisasi.
(aud/dhn)