Dirjen PPI KLHK Sampaikan Sikap Indonesia soal Keputusan COP28

Sukma Nur Fitriana - detikNews
Kamis, 14 Des 2023 16:49 WIB
Foto: Fitraya Ramadhanny/detikcom
Jakarta -

KTT Iklim COP28 di Dubai resmi ditutup pada Selasa (12/12) lalu. Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Dirjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) Laksmi Dhewanthi juga menyampaikan beberapa poin-poin penting terkait respons Indonesia dalam pembahasan di COP28, di antaranya adalah menyikapi mengenai Global Stocktake (GST).

Diketahui, Global Stocktake adalah dokumen evaluasi kemajuan dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Berbeda dari gelaran COP tahun sebelumnya, bahasan Global Stocktake baru kali ini masuk pada bahasan COP 28.

"Dokumen ini penting karena memberikan pemahaman dan pedoman sejauh mana kemajuan yang telah kita capai dan sejauh mana kita ingin melangkah maju," kata Laksmi dalam keterangan tertulis, Kamis (14/12/2023).

Pada dokumen Global StockTake (GST) dibahas mengenai tercapainya kesepakatan untuk menjaga agar suhu bumi tetap di bawah 1,5 derajat celcius. Namun sayangnya hal tersebut belum tercapai kesepakatan.

Padahal, menurut Laksmi, hal tersebut penting untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi. Karena itu, Indonesia menekankan untuk semua bergerak menetapkan langkah pasti dan konkrit untuk mewujudkannya.

"Menjaga suhu 1,5 derajat celcius tetap hidup hanya bisa dilakukan dengan tindakan. Kita perlu implementasi yang konkret," tegas Laksmi.

Selain itu, Laksmi mengatakan terkait kerugian dan kerusakan iklim yang disebutkan dalam GST yang mengenai energi, proyeksi tahun Global Peaking, serta narasi yang belum berimbang antara mitigasi, adaptasi, dan dukungan implementasi, Indonesia menganggap pentingnya memiliki agenda tetap mengenai Kerugian dan Kerusakan berdasarkan COP/CMA dan Subsidiaries Body (badan penasihat).

"Hal itu selanjutnya untuk memastikan keseluruhan siklus proses GST yang lebih pasti," kata Laksmi.

Pada COP28 juga dibahas mengenai artikel 6 Perjanjian Paris. Itu adalah pasal yang mengatur kerja sama internasional untuk membantu pencapaian komitmen setiap negara anggota untuk pengendalian perubahan iklim. Namun disayangkan hal tersebut belum menemui titik

Dalam COP28 juga telah dimasukkan mengenai kesepakatan mengenai pengurangan bahan bakar fosil. Karena itu, penggunaan bahasa yang tepat mengenai kesepakatan tersebut dinilai penting untuk menyatukan kesepahaman. Tetapi, hal itu perlu disesuaikan dengan kondisi negara tertentu.

"Bahasa khusus mengenai transisi dari bahan bakar fosil harus dipahami dalam konteks kondisi, jalur dan pendekatan nasional yang berbeda-beda, dan sejalan dengan prinsip-prinsip Perjanjian Paris," terang Laksmi.

Lebih lanjut, terkait pendanaan atau investasi dari negara maju untuk mengatasi permasalahan iklim, Indonesia mendukung negara-negara maju untuk terus memimpin mobilisasi pendanaan iklim dari berbagai sumber. Selanjutnya, Indonesia juga mendorong adanya upaya yang lebih global dalam pendanaan permasalahan iklim.

Indonesia juga mendukung adanya kesepakatan di tahun 2024 agar semua pihak bisa berkolaborasi sehingga dapat mencapai tujuan Perjanjian Paris.

Selain itu, Indonesia juga menyesali belum tercapainya janji negara-negara maju ke negara berkembang untuk memberikan investasi sebesar USD 100 miliar per tahun untuk mengatasi permasalahan iklim di periode 2020-2021. Kendati demikian, hal tersebut merupakan sebuah terobosan baru untuk didukung.

Terakhir, Laksmi mengatakan semua negara atau semua pihak harus mengambil peran dan bagian untuk mencapai satu tujuan yang sama. Sebab tanpa adanya upaya kolektif maka tidak akan ada perubahan yang pasti.

"Indonesia siap bekerja sama dengan semua pihak dalam keberhasilan implementasi dan berdiskusi mengenai aspek teknis lainnya jika diperlukan. Indonesia juga menantikan implementasi hasil-hasil COP28 ini secara seimbang dan mencerminkan prinsip Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities (CBDR-RC)," terang Laksmi.

"Terakhir, seperti negara-negara lain, Indonesia juga ingin memberikan dukungan sepenuhnya kepada Azerbaijan dan Brasil sebagai Presiden COP29 dan COP30," pungkasnya.

Simak Video 'COP28 Sepakati Seruan Pengurangan Bahan Bakar Fosil':






(ncm/ncm)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork