Tapal Batas Bakti Kominfo

Segeram, 'Kampung Tua' Penduduk Awal Natuna yang Mulai Ditinggalkan

Nurcholis Ma'arif - detikNews
Sabtu, 02 Des 2023 13:25 WIB
Minimnya infrastruktur dinilai menjadi salah satu penyebab Kampung Segeram mulai ditinggalkan penduduknya. (Foto: detikcom/Grandyos Zafna)
Natuna -

Kampung Segeram yang ada di sebelah barat Pulau Bunguran Besar diyakini masyarakat setempat sebagai lokasi penduduk awal yang menempati Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Cerita turun temurun dari nenek moyang ini cukup diperkuat dengan adanya beberapa makam tua yang ada di dekat area kampung.

Kampung Segeram terdiri dari 2 RT dan masuk dalam wilayah Kecamatan Bunguran Barat yang pusat kotanya ada di Pulau Sedanau. Minimnya infrastruktur dinilai menjadi salah satu penyebab 'kampung tua' tersebut mulai ditinggalkan penduduknya.

Ketua RT 01/07 di Kampung Segeram, Said Kaslim bercerita memang belum ada cerita yang pasti dan detail soal awal mula Segeram. Ia hanya tahu dari orang tuanya bahwa sebelum ada Natuna, Kampung Segeram menjadi pusat kota di wilayah kepulauan yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan itu.

Sudah banyak penelitian tentang adanya makam tua di Kampung Segeram, tetapi masih belum bisa terbaca sudah ada sejak abad berapa (Foto: detikcom/Grandyos Zafna)

Said mengatakan sudah banyak penelitian tentang adanya makam tua di Kampung Segeram, tetapi masih belum bisa terbaca sudah ada sejak abad berapa.

"Menurut ceritanya juga, itu memang manusia yang masuk ke Segeram ini bukan asli Indonesia. Kalau nggak salah, itu dari putri dari Raja Teuku Fatimah, perempuan, dari kerajaan yang merantau atau berlayar bersama dayang-dayangnya, mengasingkan diri, masuklah ke sungai Segeram ini," ujar Said kepada detikcom belum lama ini.

Kampung Segeram bisa ditempuh melalui dua cara. Pertama, dengan jalur darat menggunakan motor atau mobil sekitar 2-2,5 jam perjalanan dari pusat kota di Ranai. Sebagian jalan memang sudah diaspal, tetapi sebagian lagi masih jalan tanah di tengah hutan yang sepi dan licin serta becek saat hujan.

Kedua, lewat laut melalui Pelabuhan Semente dengan menggunakan kapal pompong sekitar 10-15 menit hingga sampai ke Kampung Segaram. Sebagian besar masyarakat Segeram yang merupakan nelayan dinilai lebih berharga memiliki kapal pompong dibanding motor atau mobil.

Sebab kapal inilah yang menjadi penunjang dalam berniaga menjual hasil tangkap ikan, berbelanja kebutuhan logistik, hingga mengantar anak sekolah yang ada di Pulau Sedanau. Adapun saat ini Kampung Segaram ditempati sekitar 30 KK, belum termasuk yang tidak punya KK. Saat jumatan, kata Said, jumlah jemaahnya hanya 30 orang (tak sampai 40), itu pun termasuk dari guru-guru SD dan SMP yang bukan warga Segeram.

Saat ini Kampung Segaram ditempati sekitar 30 Kepala Keluarga (Foto: detikcom/Grandyos Zafna)

Said mengaku lahir dan tumbuh di Segeram. Bersekolah SD di Kampung Segeram, lalu SMP di Pulau Sedanau karena tidak adanya sekolah SMP, dan termasuk SMA, di Segeram. Ia lalu ikut saudaranya merantau untuk sekolah SMA di Batam dan pernah bekerja 10 tahun di Tanjung Priok Jakarta.

Sama seperti alasan dirinya, kata Said, ada beberapa orang tua yang dulu akhirnya mengalah, meninggalkan Segeram, dan ikut membuat rumah baru di dekat tempat sekolah anaknya. Adapun Said memutuskan balik untuk tinggal di Segeram karena ingin memenuhi permintaan orang tuanya yang kini sudah tiada.

"Kalau menurut saya sih di zaman-zaman kecil saya, ramainya penduduk jauh lebih banyak dulu. Walaupun belum tersentuh pembangunan dari pemerintah, baik itu jalan, bangunan, sekolah, fokus jalan dan segala macamnya itu memang masih swadaya masyarakat, tapi penduduknya lebih ramai dulu berbanding sekarang," ujar Said.

Klik halaman selanjutnya >>>




(ncm/ega)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork