'Menculik' Gadis, Tradisi Sebelum Menikah Khas Lombok
Jumat, 10 Nov 2006 06:42 WIB
Lombok - Saat orang jatuh cinta mungkin apapun akan dilakukan, terkadang melarikan si gadis impian pun menjadi salah satu jalan. Umumnya hal itu akan mengundang masalah dengan ancaman hotel prodeo yang siap menanti. Namun tidak begitu di Lombok, Mataram, karena tradisi kawin culik justru mengharuskan si pria "menculik" gadis pujaannya.Menurut Samsul Agus Naedi pemandu wisata dalam acara ke Lombok yang diadakan Batavia Air, kepada detikcom Kamis (9/11/2006) tradisi yang dikenal dengan istilah 'Merari' atau nikah dalam bahasa Indonesia, tetap mengakar sampai sekarang, dan bahkan orangtua si gadis tak jarang meminta anaknya "diculik" si pria."Ya kalau sekarang itu-lah tradisinya, sudah ritual, si orang tua sekarang malah tidak mau tunangan tapi Merari saja," kata Samsul.Salah satu proses Merari itu, menurut dia, biasanya dilakukan sang arjuna yang datang membawa sapu lidi saat larut malam ke rumah gadis pujaannya. Sapu lidiitu kemudian akan disapukan ke pagar rumah si gadis dengan tujuan membangunkannya untuk kemudian "diculik". Setelah "diculik" si pria akan membawa kekasihnya ke suatu desa, kemudian saat fajar menyingsing si pria diharuskan melapor ke kepala desanya bahwa ia telah "menculik" seorang gadis.Setelah kepala desa sang pria melapor, atau dikenal dengan istilah nyelabar, ke kepala desa sang wanita, barulah dua sejoli itu dibolehkan memasuki desa pihakpria."Namun mereka tetap tidak diperbolehkan tinggal serumah sampai benar-benar menikah. Pria-nya harus bisa jaga kesucian si gadis, kalau tidak bisa kenadenda dalam upacara adat" jelas dia panjang lebar.Selain itu dia menceritakan bahwa proses wakuncar di Lombok ternyata banyak menguras kantong pria. Hal ini dikarenakan saat pria datang berkunjung dia harusselalu memberikan uang kepada orang tua si gadis."Setiap apel,saat duduk di tikar mesti taruh uang. Itu sebagai upeti kepada orang tua sebelum nikah," kisah Samsul.Satu hal lagi yang cukup membuat kaum pria akan gigit jari adalah diperbolehkannya satu wanita dikunjungi beberapa pria dalam satu malam. Sang pacar resmi pun harus angkat kaki dan merelakan kekasihnya dikunjungipria lain."Ada aturannya. Kalau saya sedang berkunjung ke tempat pacar, kemudian datang pria lain, ya saya harus pulang," jelas pria yang sudah menggeluti dunia wisatasejak tahun 1997 itu.Dia juga menambahkan bahwa tradisi memang masih dipegang teguh oleh masyarakat Lombok. Hal itu terbukti dengan ketatnya pemberlakuan jam malam bagipara sejoli yang sedang memadu kasih."Dari beberapa kampung saat ini ada yang pacaran lewat jam 10 langsung dikawinin," tandas dia.
(krs/bal)