Sejumlah alumni SMK 17 Agustus di Rangkasbitung, Lebak, Banten, ditolak kerja gegera dugaan ijazah palsu. Kasus ini masih diselidiki polisi.
"Masih dalam proses penyelidikan," kata Kapolsek Rangkasbitung AKP Pipih Iwan saat dimintai keterangan, Senin (27/11/2023).
Pipih belum bisa merinci proses penyelidikan yang tengah dilakukan. Meski begitu dia menyebut sejumlah saksi sudah diperiksa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami masih minta keterangan dari saksi-saksi. Saksi orang tua dan guru-guru di sekolah tersebut," jelasnya.
Untuk diketahui, kasus ini bermula dari sejumlah alumni SMK 17 Agustus yang ditolak kerja karena dugaan ijazah palsu. Para orang tua kemudian mendatangi sekolah untuk meminta pertanggungjawaban hingga mengadu ke polisi.
Kepala SMK 17 Agustus Rangkasbitung, Anita Lestari Rahayu, membenarkan ijazah tersebut bermasalah. Dia mengatakan permasalahan terletak pada tanda tangan kepala sekolah di ijazah itu.
"Kertas ijazahnya asli, tapi tanda tangannya dibatik tanpa seizin kepala sekolah yang bersangkutan. Terus letak stempel sekolah di ijazah itu salah, dan tidak dibubuhi sidik jari," ujar Anita, Rabu (22/11).
Anita mengatakan SMK 17 Agustus Rangkasbitung merupakan bagian dari sekolah induk yang berada di Pandeglang. Dia mengatakan ijazah seharusnya ditandatangani oleh kepala sekolah induk.
Namun, menurut dia, kepala sekolah induk sedang sakit dan tidak bisa menandatangani ijazah. Maka, katanya, penanggung jawab SMK 17 Agustus menjiplaknya agar ijazah bisa segera diserahkan ke alumni.
"Kepala sekolah induk tidak memberi kewenangan untuk menandatangani ijazah. Kalaupun kami diminta menandatangani, seharusnya ada surat kuasa agar tidak menjadi masalah di kemudian hari," jelasnya.
Sementara itu, Kantor Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten di Kabupaten Lebak ikut buka suara terkait dugaan ijazah palsu yang dikeluarkan SMK 17 Agustus Rangkasbitung. Respons ini diberikan setelah sejumlah alumninya ditolak kerja karena ijazah bermasalah.
Kepala KCD Dindikbud Lebak, Gugun Nugraha mengatakan SMK 17 Agustus menginduk ke sekolah di Pandeglang. Persoalan dugaan ijazah palsu terjadi karena ada satu orang yang menjiplak tanda tangan kepala sekolah induk.
"Delik persoalannya seperti apa saya tidak tahu rinciannya, yang jelas informasi yang saya terima ada yang menjiplak tanda tangan di ijazah. Makanya nanti ditelusuri dulu, bola panasnya ada di mana," kata Gugun ditemui di kantornya, Kamis (23/11).
(idn/idn)