Viral di media sosial bantuan makanan stunting atau Pemberian Makan Tambahan (PMT) untuk balita stunting oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok yang dianggarkan Rp 4,9 miliar cuma berisi tahu dan nugget. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Depok Mary Liziawati mengaku hal itu sudah mengacu pada juknis dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Jadi kita mengikuti juknis tersebut (Kemenkes) bahwa PMT yang diberikan kepada balita ini adalah PMT lokal berarti dengan bahan dasar lokal yang diolah oleh UMKM. Kita mengikuti juknis tersebut dengan pemberian selama 28 hari dengan 6 hari kudapan dan 1 hari makanan bekal," kata Mary kepada wartawan di Balai Kota Depok, Kamis (16/11/2023).
Permasalahannya, kata Mary, pada hari pertama pelaksanaan, masyarakat belum familiar dengan istilah 'kudapan' serta belum mengetahui bahwa pemberian PMT bukan makanan lengkap. Pihaknya pun melakukan sosialisasi mengenai hal itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kan rame 'Cuma dua tahu, cuma dua otak-otak'. Dari buku resep yang dikeluarkan UNICEF dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan bahwa memang di kudapan itu terdapat dua jenis protein hewani yang sudah mencukupi kandungan gizi untuk para balita," tuturnya.
"Otak-otaknya bukan otak-otak yang dijual pinggir jalan. Tapi otak-otak isinya telur, sehingga memang kandungan gizinya sesuai dengan standar yang dikeluarkan Kemenkes," tambahnya.
Mary mengatakan PMT ini baru pertama kali mendapat insentif daerah. Pihaknya mendapat anggaran dari pemerintah pusat untuk PMT lokal sebesar Rp 4,9 miliar yang akan diberikan kepada 38 puskesmas Kota Depok.
"(Per paket) Rp 18 ribu itu all in, ada pajak, ada distribusi, ada untuk kemasan, pencucian, karena kita bilang ke vendor penyedia cuci dahulu karena kita tidak ingin menambah himpunan sampah di Kota Depok. (Paket) 9.882 tiap hari selama 28 hari nanti numpuk seperti apa, sehingga kita minta kemasannya yang dipakai ulang atau reuse," ucapnya.
Mary menjelaskan PMT yang diberikan kepada balita itu pun sudah memenuhi standar gizi. Hanya, hal itu belum tersosialisasi ke masyarakat hingga ramai diperbincangkan.
"Persepsinya selama ini yang sering dilakukan PMT Kota Depok adalah PMT yang diberikan dengan non-anggaran pemerintah ya, baik pihak swasta, CSR perusahaan, kemudian dari PKK dengan anggaran sponsor, anggaran CSR gitu. Jadi selalu diberikan menu lengkap. Belum pernah memang PMT lokal dalam bentuk kudapan," ungkapnya.