Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) turut bersedih atas banyaknya jatuhnya korban dari bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di Israel dan Palestina. PGI mengutuk tindakan penyerangan yang menargetkan dan melibatkan warga sipil.
"Dalam situasi kekerasan yang berkembang, PGI mengecam keras tindakan apapun yang menargetkan warga sipil, penggunaan warga sipil sebagai 'perisai manusia', terlepas dari perbedaan kebangsaan, etnis, atau keyakinan mereka," Ketum PGI, Pendeta Gomar Gultom, dalam keterangannya, Jumat (3/11/2023).
PGI juga mendorong agar konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel diselesaikan menggunakan hukum internasional dan tidak didasarkan kekuatan militer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terhadap konflik di wilayah ini, PGI mendukung tuntutan yang dikeluarkan oleh para Kepala Gereja di Yerusalem agar terciptanya kejelasan masa depan bagi warga Palestina dan Israel, yang dibangun berdasarkan keadilan, bukan kekuatan militer, di mana Hukum Internasional diterapkan secara konsisten dengan tanpa memihak," katanya.
Dia melihat konflik kekerasan ini membuat warga sipil Palestina dan Israel menjadi korban. Dia juga menyayangkan banyaknya korban jiwa akibat konflik ini.
"Sejak 7 Oktober 2023 sampai hari ini, tercatat lebih dari 10 ribu orang dari pihak Israel dan Palestina telah meninggal dunia akibat konflik ini. Ratusan ribu orang harus mengungsi di tengah peperangan yang berkecamuk dan dalam situasi yang sangat memprihatinkan. Penduduk wilayah Gaza dan warga Israel di kota-kota perbatasan dengan teritori Palestina telah menjadi korban dan dicekam oleh trauma dan ketakutan siang dan malam," jelasnya.
'Solusi Dua Negara'
Gomar mengatakan perdamaian yang tidak diiringi dengan upaya membangun kesetaraan dan keadilan tidak akan bertahan dalam ujian waktu. Dia mengatakan PGI mendukung resolusi penyelesaian konflik dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
"PGI sejak awal berada bersama Dewan Gereja- Gereja Sedunia (WCC) guna mendukung sepenuhnya Resolusi-resolusi PBB bagi penyelesaian konflik Israel - Palestina, yaitu dengan mengusung 'Solusi Dua Negara'," ujar dia.
PGI juga menyerukan kepada para pemimpin politik untuk terus mendorong terciptanya dialog yang tulus dalam upaya mencari solusi jangka panjang demi memajukan keadilan, perdamaian, dan rekonsiliasi bagi pihak-pihak yang bertikai di wilayah yang bagi jutaan orang dianggap sebagai 'Tanah Suci'.
Gomar mengatakan konflik Palestina dan Israel tak terkait agama. PGI juga mendorong agar pihak yang terlibat konflik menghentikan kekerasan agar tak semakin banyak korban.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
PGI juga mendorong masyarakat internasional, PBB, dan badan-badan kemanusiaan dunia untuk mengupayakan dibukanya koridor kemanusiaan yang memungkinkan penyaluran bantuan memasuki Gaza. Sehingga, lanjutnya, jutaan warga sipil yang tak bersalah, termasuk anak-anak dan warga lanjut usia, dapat menerima perawatan medis dan kebutuhan dasar mereka.
Ajak Doa Hentikan Kekerasan
Gomar juga mengajak semua pihak untuk mendoakan agar kekerasan yang terjadi di Palestina dan Israel berhenti. PGI juga mengingatkan agar bentuk tindakan kekerasan di wilayah lain juga diperhatikan.
"Kepada gereja-gereja di Indonesia, PGI meminta supaya bergabung dalam doa bagi penghentian kekerasan serta terciptanya perdamaian yang adil di tanah tempat lahirnya tiga agama Abrahamik. Gereja-Gereja harus terus berdoa dan mendukung semua upaya kemanusiaan bagi ribuan pengungsi serta korban warga sipil yang terpapar konflik dan terancam oleh kekerasan di wilayah ini, apapun latar belakang suku, etnis, kebangsaan, maupun agama dan kepercayaan," katanya.
"Dalam keprihatinan yang sama, PGI mengingatkan gereja-gereja di Indonesia, pemerintah, dan semua elemen bangsa, untuk juga menaruh perhatian bagi ketidakadilan dan kekerasan yang merusak martabat kemanusiaan dalam peristiwa-peristiwa kekerasan di Pulau Rempang, Tanah Papua, dan wilayah lainnya di negeri tercinta Indonesia," tambah dia.