Kanit Paminal Sie Propram Polres Berau, Ipda Apriliando, menjadi tempat keluh kesah sedikitnya empat yayasan panti asuhan di Berau, Kalimantan Timur (Kaltim). Mulai dari urusan air bersih, pembangunan fasilitas panti asuhan hingga anak yatim piatu sakit menjadi perhatiannya.
Ipda Apriliando diusulkan Polda Kalimantan Timur sebagai kandidat Hoegeng Corner. Dia diusulkan karena sosoknya yang menjadi pelindung dan penolong anak-anak yatim piatu dan terlantar, terutama yang sakit, di Berau.
"Dari dulu saya sering bantuin sedekah, santunan, cuma nggak sedetil ini. Baru benar-benar makin serius itu sebelum COVID, 2018," kata Ipda Apriliando kepada detikcom, Rabu (1/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apriliando menceritakan pada 2018 lalu, salah satu anaknya mengalami sakit hingga koma. Anaknya juga dinyatakan menderita epilepsi.
Di saat bersamaan, Ipda Apriliando juga menderita penyakit yang sampai sekarang tak dia ketahui jenisnya. Penyakit tersebut membuat setengah tubuhnya menghitam seperti terbakar.
"Momen saat anak saya sakit sampai koma dua bulan, akhirnya harus operasi besar. Pada saat itu saya juga sakit. Anak saya anak spesial, anak saya dinyatakan epilepsi, sekarang saja sedang di rumah sakit karena anak saya opname," jelas dia.
"Kalau saya waktu itu tidak diketahui sakitnya, tapi kulit saya terbakar, setengah badan hitam seperti kebakar. Sampai saya cek ke jakarta, ke 5 rumah sakit, tapi hasilnya nihil. Saat ini alhamdulillah memudar," sambung dia.
Ipda Apriliando kemudian menyampaikan sejak dirinya sakit dan anaknya mengalami sakit, dia bertekad saat pulih akan membantu warga yang sakit. Karena sebelumnya dia memang sudah dekat dengan panti asuhan, maka tekadnya pun difokuskan ke anak-anak panti asuhan yang sakit.
"Setelah sakit itu, tergeraklah saya. Karena sakit itu tidak enak ya, saya tau. Jadi dari yang tadinya hanya santunan, bantuan, setelah sakit saya lebih dalam lagi membantu anak-anak penghuni panti asuhan yang kondisinya sakit," jelas dia.
"Lalu misalnya ada anak yang tidak ada orang tua satupun, ya saya titipkan ke yayasan. Jadi saya tidak mendirikan yayasan, tapi saya membantu saja semua yayasan yang ada di Berau," imbuh dia.
Impian Memiliki Yayasan Panti Asuhan Bhayangkara
Ipda Apriliando mengaku tak ingin masuk ke dalam struktur pengurus panti asuhan yang sudah ada. Impiannya membangun yayasan sendiri.
"Misalnya bantu operasional, bantu bangun. Saya ndak mau terjun di dalam yayasan, cukup bantu saja. Masalahnya kan sensitif misalkan ada dana yang bagaimana-bagaimana. Alhamdulillah selama kita baik saya orang, Allah kasih kita yang terbaik," tutur Ipda Apriliando.
"Impian saya bisa punya yayasan sendiri, kalau misalnya bisa Yayasan Yatim Piatu Bhayangkara. Jadi saya tidak harus menitipkan anak-anak di panti-panti yang berbeda-beda. Karena saat ini belum ada uang untuk itu karena dananya butuh besar sekali kan," tambah Ipda Apriliando.
Dia mengatakan dana untuk membantu kebutuhan panti asuhan dan anak-anak panti yang sakit didapat dengan cara menjual harta bendanya, maupun dari orang-orang yang mengetahui kebiasaannya.
"Sejak anak sakit, saya membantunya terjun sekalian kalau tau ada anak-anak panti yang sakit. Waktu itu ada yang kanker tulang, ada yang sumbing. Dananya dari mana? Kalau masyarakat sudah tahu saya bawa operasi anak itu saya jual apa, jual ini, jual itu," ungkap Ipda Apriliando.
"Karena kan saya juga bukan orang yang gimana-gimana. Kadang-kadang teman tahu terus nawarin 'saya bantu ya'. Saya juga alhamdulillah berangkat bawa anak-anak panti berobat, tidak minta-minta atau galang donasi, tapi begitu dalam perjalanan ada yang membantu," tambah alumni Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Kalimantan Timur (Kaltim) angkatan 32/2008, Tenggarong, Kaltim.
Dia pun menceritakan hal yang menurutnya paling menyedihkan selama membantu anak-anak sakit. Yakni dia menyelamatkan dua anak yaitu kakak beradik yang menjadi korban pencabulan tetangga. Korban kakak, kata Ipda Apriliando menderita bibir sumbing. Dan korban dicabuli sebanyak 7 kali sejak usia 6-7 tahun.
"Ini mereka mamanya nggak tahu di mana, papanya ada. Kedua kakak-adik ini akhirnya kami ambil, karena tinggal di rumahnya juga sangat tidak layak, rumahnya 3 x 4 meter persegi. WV, kamar, dapur jadi satu di situ. Kami masukan korban ke yayasan, perawat-perawat itu di panti pada nangis, nggak tega. Yang sumbing lalu saya bawa untuk dioperasikan. Sekarang mereka sudah 4-5 tahun di yayasan, sudah ikut lomba-lomba baca Al-quran meski belum menang," ungkap Ipda Apriliando.
Dia mencontohkan saat pembangunan yayasan panti asuhan putri yang sedang berjalan, dirinya hendak membeli material. Saat hendak membayar, Ipda Apriliando menyebut pemilik toko material memberikan gratis.
"Seperti saya sedang bantu pembangunan yayasan putri, ke toko material, ditanya (pemilik toko-red) 'buat apa pasir?'. Saya bilang buat bangun panti, (kata pemilik toko-red), 'Sudah bawa saja kalau buat panti'. Selama pembangunan ini ada yang kirim semen 5 sak, 20 sak, kasih besi, kasih pasir. Kadang-kadang anggota polres bantu misalnya kirim semen," lanjut dia.
Di satu sisi, Ipda Apriliando merasa bersyukur istri, anak dan keluarga besarnya mendukungnya. Bahkan, tak jarang istrinya memberikan penghasilan dari usaha petshop untuk membantu anak-anak panti yang memerlukan pengobatan.
"Kebetulan istri saya ada toko perlengkapan hewan, petshop kecil-kecilan, kadang penghasilan dari petshop itu juga kepakai. Tapi alhamdulillah selama kita baik saja, toko ramai. Kemarin beli batako satu truk, istri sangat support, katanya "Entar aku yang bantu deh'," cerita dia.
Tolak Tawaran Partai untuk Nyaleg
Selain itu, Ipda Apriliando juga berbagi cerita dirinya pernah ditawari oleh salah satu partai untuk bergabung sebagai calon legislatif (caleg). Tawaran itu ditolak karena Ipda Apriliando berkomitmen menjadi polisi hingga masa bakti habis.
"Saya ditawarin sama partai mau dijadikan caleg, 'Keluar (dari polisi) saja, Pak. Entar kami yang jadiin (caleg)'. Itu sekitar 2021. Saya bilang ndak, mohon maaf, Pak. Saya besar dan lahir karena polisi, masa saya keluar dari polisi'," katanya.
"Sampe pensiun saya tetap di Polri. Ambisi saya hanya bantu orang lebih banyak lagi. Impian saya bukan saya mau jabatan. Impian saya bisa bangun yayasan sendiri. Saya membantu anak-anak bukan untuk urusan dunia, urusan pangkat, tapi ini urusan dengan 'yang di atas'," tegas dia.
Salah satu hal yang tidak terduga lainnya, ucap Ipda Apriliando adalah saat membeli tanah untuk tempat tinggalnya kini. Dia mengatakan sejumlah anak yatim piatu yang dia temukan dan asuh juga tinggal bersamanya.
"Memang rezeki dari Allah. Saya kan tidak pernah hapal orang-orang yang saya bantu. Nah sejarah rumah yang saya yang nampung anak yatim itu dulu nggak sengaja, karena ada yang jual kontrakan, kalau di sini namanya barak, Rp 180 juta. Saya survei tempatnya. Terus saya nawarnya agak gila, saya tawar Rp 50 juta dengan dicicil setahun," terang Aipda Apriliando.
"Itu kondisi baraknya sudah penuh 4 pintu. Tapi pemilik barak itu mengiyakan. Saya sampai tanya, 'Bapak nggak salah? Ini saya tawar Rp 50 juta, bayar cicil per bulan'. Dia balik bertanya sama saya, 'Bapak nggak inget saya? Dulu saya bikin SIM sm Bapak, Bapak tidak mau terima uang. Terus anak saya kecelakaan, Bapak antarkan sampai rumah sakit'. Namanya kita bantu banyak, saya lupa," imbuh Ipda Apriliando.
Didukung Para Komandan
Ipda Apriliando tak henti mengucap syukur karena aksinya mengobati anak-anak panti asuhan mendapat dukungan banyak pihak. Salah satunya dan yang paling berarti adalah dukungan dari atasannya, baik di Polres Berau maupun di Polda Kaltim.
"Alhamdulillah saat saya sekolah SIP (sekolah inspektur negara), Pak Kapolres beri anak-anak yang sakit beberapa kali Rp 10 juta. Saya dibantu sama Pak Wakapolda juga, sempat dikasih uang Rp 10 juta untuk anak-anak. Sama Biro SDM juga dibantu," ucap Ipda Apriliando.
"Jadi selama saya sekolah, kebutuhan anak-anak sakit itu dibantu sama beliau-beliau itu. Itu yang saya salut, para komandan itu menyupport, selalu pesan, 'Kalau ada yang bisa dibantu, ngomong ya', itu yang saya senang," pungkas Ipda Apriliando.
(aud/knv)