Inovasi Letkol Yogaswara Kembangkan Bom Pesawat Tempur Produksi Dalam Negeri

Soedirman Awards 2023

Inovasi Letkol Yogaswara Kembangkan Bom Pesawat Tempur Produksi Dalam Negeri

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Rabu, 18 Okt 2023 17:38 WIB
Letkol Yogaswara kembangkan bom untuk pesawat tempur
Letkol Yogaswara (kiri) (Foto: dok. Istimewa)
Jakarta -

Letkol Teknik Y. H. Yogaswara mengembangkan bom udara yang digunakan untuk pesawat tempur. Bom yang dikembangkan Letkol Yoga itu telah diproduksi massal di dalam negeri hingga digunakan oleh pesawat Sukhoi dan pesawat yang dipakai NATO.

Atas inovasinya itu, Letkol Yoga diusulkan untuk Soedirman Awards 2023. Letkol Yoga saat ini menjabat sebagai peneliti di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Udara dan juga dosen di Universitas Pertahanan (Unhan).

Pada Dislitbang TNI AU, Letkol Yoga terlibat dalam berbagai jenis penelitian dalam bidang sistem senjata dan amunisi meliputi bom, roket, misil, hingga pesawat tanpa awak. Selain itu,Yoga juga memiliki sertifikat kompetensi sebagai Inspektur Kelaikudaraan dari Indonesia Defense Airworthiness Authority (IDAA), Kementerian Pertahanan RI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Letkol Yoga terlibat dalam perancangan bom udara sejak tahun 2008. Bom yang dirancang Yoga telah diproduksi massal oleh industri dalam negeri dan digunakan oleh pesawat Sukhoi dan pesawat yang digunakan NATO.

"Kalau untuk perancangan bom konvensional, saya terlibat dalam pengembangan bom untuk pesawat tempur Sukhoi maupun NATO seperti F-16 dan T-50. Bom tersebut di antaranya P-100, P-100L, BNT-250, MK-81 RI, BLM-33, TAG-81, dan TAG-82. Bom-bom tersebut dipergunakan untuk keperluan latih maupun tempur," kata Yoga kepada detikcom, Selasa (17/10/2023).

ADVERTISEMENT
Letkol Yogaswara kembangkan bom untuk pesawat tempurLetkol Yogaswara (kanan) kembangkan bom untuk pesawat tempur Foto: dok. Istimewa

Keterlibatan Yoga dalam pembuatan bom udara itu di antaranya dalam desain, analisis, simulasi, fabrikasi, verifikasi, hingga uji coba peluncuran bom menggunakan pesawat tempur. Sementara produksi massal bom tersebut dilakukan oleh industri.

"Jadi peran kami hanya sampai dengan tahapan uji coba dan sertifikasi. Jika uji cobanya berhasil, maka setelah itu diserahkan ke industri untuk diproduksi masal," ucap Yoga.

Yoga menceritakan bahwa dirinya terlibat perancangan bom P-100 dan P-100L pada tahun 2008. Bom udara ini sudah diproduksi massal dan sudah digunakan pesawat Sukhoi yang diproduksi Rusia.

"Kemudian kalau yang bom TAG-81 dan TAG-82 saya ikut merancang juga. TAG-81 dirancang tahun 2021, sedangkan TAG-82 itu dirancang tahun 2022. Tepat hari ini (Selasa, 17/10), saya baru selesai melaksanakan uji coba 24 bom TAG-82 di pesawat F-16 Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun. Informasinya, bom TAG-81 dan TAG-82 akan segera diproduksi massal dan digunakan oleh TNI Angkatan Udara," jelas Yoga.

Uji coba operasional bom TAG-82 di Lanud Iswahjudi MadiunUji coba operasional bom TAG-82 di Lanud Iswahjudi Madiun (Foto: dok. Istimewa)

Yoga menyebut ada beberapa perusahaan dalam negeri yang memproduksi bom itu. Di antaranya diproduksi oleh perusahaan di Malang, Jawa Timur, Cibubur, Cimahi serta Bandung.

"Kalau yang P-100 dan P-100L itu produksi massalnya di Malang, mungkin pernah mendengar PT Sari Bahari. Kemudian kalau yang BLM-33, TAG-81, dan TAG-82 diproduksi oleh PT Tiarangkasa. Untuk bom MK-81 RI dan BTN-250 yang ada bahan peledaknya itu diproduksi oleh PT Pindad," jelasnya.

Sebelum adanya pengembangan bom udara yang dilakukan Letkol Yoga ini, Indonesia belum pernah memproduksi bom udara. Sehingga, bom untuk pesawat ini diimpor dari luar negeri.

"Yang konvensional, ya, Indonesia tidak pernah memproduksi itu. Sebelumnya, TNI AU menggantungkan ketersediaan bom-bom yang sejenis dengan yang saya sampaikan tadi melalui pengadaan luar negeri atau impor," sebutnya.

Letkol Yogaswara kembangkan bom untuk pesawat tempurLetkol Yogaswara (paling kiri) kembangkan bom untuk pesawat tempur Foto: dok. Istimewa

Merancang Guided Bomb

Selain itu, LetkolYoga juga pernah mengembangkan guided bomb atau bom terpandu. Yoga menyebut bom ini memiliki kemampuan untuk 'mengejar' sasaran dan tingkat akurasi lebih tinggi.

"Secara prinsip bom terpandu itu adalah mengkonversi bom konvensional menjadi bom yang memiliki kemampuan untuk mengubah trajektorinya sehingga mengarah pada sasaran yang ditentukan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Jadi bom yang sebelumnya hanya bergerak dengan trajektori balistik saja menjadi memiliki kemampuan untuk mengendalikan trajektorinya," tutur Yoga.

Yoga melanjutkan bahwa bom terpandu itu pernah diproduksi secara terbatas pada tahun 2012. Akan tetapi, kata dia, ketika hendak diproduksi massal di pabrik dalam negeri, Indonesia belum memiliki akses ke komponen kritis untuk menciptakan bom tersebut.

"Pelaksanaan telah melewati tahapan konsep konfigurasi, desain, analisis, dan fabrikasi terbatas sejak tahun 2012. Namun ketika akan diimplementasikan dalam fabrikasi yang lengkap, ternyata Indonesia tidak memiliki akses untuk mendapatkan beberapa komponen kritis dalam sistem panduan, navigasi, dan kendali. Pengembangan bom terpandu ini tidak dapat dilanjutkan kecuali Indonesia memiliki akses terhadap beberapa komponen kritis tersebut," jelasnya.

Rancang bom terpandu ini juga pernah dipaparkan Letkol Yoga di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Konsep pengembangan bom terpandu ini juga menang dalam karya tulis ilmiah TNI.

"Konsepnya saya presentasikan dalam seminar nasional di LAPAN (sekarang BRIN). Rancangan saya ikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah TNI, alhamdulillah dapat Juara 1. Sebenarnya konsep atau rancangan bom terpandu ini sudah cukup matang, namun tidak dapat implementasi karena Indonesia tidak memiliki akses terhadap komponen-komponen kritis," jelasnya.

Yoga menilai guided bomb ini merupakan tonggak suatu negara untuk menguasai teknologi persenjataan. Dia menyebut jika Indonesia ingin mencapai hal itu, maka perlu pengembangan di teknologi senjata terpandu.

"Jadi memang guided bomb itu salah satu jenis senjata terpandu atau guided weapon, itu memang menjadi milestone (tonggak) suatu negara dalam menguasai teknologi persenjataan. Jadi memang kalau Indonesia ingin termasuk sebagai negara yang maju dalam teknologi persenjataan, maka milestone-nya memiliki kemampuan di teknologi senjata terpandu," ujar Yoga.

(lir/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads