Mayor Laut (T) Iwan Kurniawan menjadi salah satu nama yang diusulkan untuk Soedirman Awards 2023. Mayor Iwan merupakan tim penyelam yang menemukan Flight Data Recorder (FDR) bagian dari black box Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu, Jakarta.
FDR ini ditemukan Mayor Iwan bersama tim dari Dinas Penyelaman Bawah Air (Dislambair) Komando Armada (Koarmada) I, TNI Angkatan Laut, pada Selasa, 12 Januari 2021. Mayor Iwan merupakan kepala tim penyelam.
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 ini jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021). Mayor Iwan pun menceritakan penyelaman yang dia lakukan hingga FDR itu ditemukan.
"Pertama kita sudah lihat ini terhalang benda keras, kita singkirin dulu, memang hari pertama kita langsung angkat as roda waktu itu, memang cukup besar. Kemudian di hari kedua kita angkat turbin, pakai lifting bag, balon pengapungan," kata Mayor Iwan dalam tayangan video di YouTube TNI AL.
Mayor Iwan menyebut pada hari pertama dan kedua penyelaman, tim mengangkat semua barang dan puing pesawat yang ukurannya besar. Dia menyebut kedalaman laut di lokasi pesawat jatuh itu sekitar 20-25 meter.
Iwan menyebut pihaknya berkoordinasi dengan KNKT dalam pencarian black box Sriwijaya Air SJ182 itu. Awalnya, tim menemukan casing dari black box pada hari ketiga pencarian itu. Petunjuk pencarian pun semakin terang.
"Sebenarnya saya tidak dalam urutan penyelaman hari itu, jadi saya esok harinya. Cuma karena saya penyelaman terakhir, saya maksa, saya harus turun. Saya bilang ini momennya kayaknya progresnya banyak, dari awal kita sudah ditunjukkan ini, ini," ujar Iwan.
Iwan mengatakan saat dirinya melakukan penyelaman kondisi angin sudah mulai kencang. Fisibilitas dalam air juga mulai gelap.
"Saat saya turun kondisi agak lumayan, karena sudah agak sore, sudah agak mulai kencang angin terus arus sudah mulai kurang bersahabat, feasibility karena banyak penyelam yang turun jadi sedimen naik, air itu udah agak gelap," tutur dia.
Iwan dan tim kemudian memindahkan puing-puing pesawat sambil mencari black box. Dia kemudian melihat benda berwarna oranye. Iwan pun menyuruh timnya untuk mengangkat benda itu.
"Kepingannya itu kecil, saya cuma lihat siluet aja, kemudian diambil besar, warna oranye. Waktu diambil itu saya sempat ragu, saya bilang 'ini bukan yang kita cari', hampir saya tarok lagi, tapi ya udahlah kita bawa ke atas saja. Terus begitu saya naik ke atas saya kasihkan," sebut Iwan.
Setelah benda itu dibawa ke atas kapal, Iwan dan timnya sempat bertanya-tanya. Sebab, benda itu berbeda dengan black box Lion Air yang jatuh di Karawang pada 2018. Iwan sendiri juga terlibat dalam pencarian black box Lion Air.
"Dia bilang, 'Ndan, ini black box, Ndan', 'bukan itu bukan black box', ada perdebatan, karena bentuknya waktu saya temukan Lion Air bentuknya kan silinder dia, jadi dia nggak sama dengan yang di Lion Air," tutur dia.
Setelah itu, Iwan meminta anggotanya menghubungi investigator KNKT Ony Soerjo Wibowo. Hingga akhirnya benda yang ditemukan itu dikonfirmasi oleh Sriwijaya Air adalah FDR.
"Saya kepikiran, saya buka terus di situ ada tulisannya Flight Data Recorder, berarti benar black box. Akhirnya saya minta tolong anggota tadi 'tolong panggilkan Pak Onny', tapi nggak usah rame, tapi diverifikasi dulu," tutur dia.
"Iya itu ternyata sudah dikonfirmasi sama Sriwijaya. Jadi modelnya beda tidak kayak silinder, jadi dia kayak roti tawar, agak lonjong gitu," imbuhnya.
Selain itu, Iwan juga ikut dalam pencarian black box pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Iwan menyebut pencarian black box Lion Air lebih sulit karena kedalaman laut lebih dari 100 meter.
"Kalau JT 610, FDR ditemukan di teman-tema Taifip. Itu kondisinya kurang lebih hampir sama seperti Sriwijaya Air, pesawat tidak dalam bentuk yang utuh, semua sudah jadi potongan-potongan kecil, tantangan kalau lain air dia lebih dalam, dia sampai 135 meter," kata Iwan.
Iwan sempat merasakan sedih saat turun dalam pencarian pesawat jatuh tersebut. Dia menyebut kondisi di bawah hanyalah potongan-potongan puing.
"Jadi begitu saya turun itu perasaan saya yang pertama itu langsung saya sedih karena melihat pesawat itu tidak dalam kondisi utuh, terus jadi potongan kecil-kecil, jadi sempat sedih, sempat nangis saya di bawah itu, terus saya kirimkan doa agar dimudahkan," jelasnya.
Dalam bertugas dalam pencarian kecelakaan pesawat itu, Iwan selalu menekankan anggotanya tidak mencari-cari kesempatan untuk melakukan kecurangan dan kepentingan pribadi.
"Saya apresiasi juga sama teman-teman Dislambair, karena pada waktu itu saya sampaikan kita kerja maksimal tidak ada yang ambil kesempatan, jadi di bawah itu kan banyak, ada hartanya dari korban, dompetlah, apalah, mungkin ada perhiasan," ucap Iwan.
"Dan alhamdulillah teman-teman Dislambair tidak ada yang begitu, jadi kita angkat dompet itu hanya sebatas ngasih identitas bahwa korbannya ini, tidak ada yang diambil untuk kepentingan pribadi tidak ada, dan alhamdulillah selama saya jadi Satgas dan saya tekankan kepada anggota saya yang penting kita dalam keadaan selamat," lanjutnya.
(lir/knv)