Amir Sutaarga merupakan sosok yang dikenal sebagai Bapak Permuseuman Indonesia. Dirinya hadir dalam Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) pada 12-14 Oktober 1962 di Yogyakarta, yang mana momen ini diperingati sebagai Hari Museum Nasional.
Menurut sejarahnya, Hari Museum Nasional diperingati setiap 12 Oktober berdasarkan momen diselenggarakan Musyawarah Museum seluruh Indonesia (MMI) pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 12-14 Oktober 1962. Pertemuan ini dihadiri 40 orang.
Di antara 40 peserta yang hadir dalam pertemuan itu ada berbagai tokoh seperti unsur pemimpin, tokoh museum, pemerhati, dan pecinta museum. Sosok Drs. Moh. Amir Sutaarga yang dikenal sebagai Bapak Permuseuman Indonesia juga hadir dalam MMI pertama itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas seperti apa sosok Amir Sutaarga yang dikenal sebagai Bapak Permuseuman Indonesia? Simak profil Amir Sutaarga beserta sejarah latar belakang diperingatinya Hari Museum Nasional setiap tanggal 12 Oktober berikut ini:
Sosok Bapak Permuseuman Indonesia Amir Sutaarga
Dikutip dari laman Museum Nasional Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI), Mohammad Amir Sutaarga lahir pada tanggal 5 Maret 1928 di Kuningan, Jawa Barat. Sejak kecil pria yang kerap dipanggil Amir itu bercita-cita menjadi pelaut dan belajar perkapalan di Belanda.
Pada usia 22 tahun, usai mengikuti perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Amir Sutaarga mulai bekerja di lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW). Ini merupakan Lembaga Kesenian dan Ilmu Pengetahuan di kota Batavia, yang kemudian menjadi cikal bakal Museum Nasional Indonesia.
Setelah bertemu Van der Hoop, ilmuwan yang bekerja di BGKW, Amir jatuh cinta pada museum. Sejak itu Amir Sutaarga mengabdikan hidupnya untuk kemajuan permuseuman di Indonesia. Berkat keuletannya, Amir pun dipercaya menjabat sekretaris BGKW. Setelah Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat mengundurkan diri sebagai Kepala BGKW, Amir ditunjuk menjadi penggantinya.
Selaku Kepala BGKW, Amir Sutaarga mengemban tugas mempertahankan dan mengurus museum BGKW secara mandiri tanpa didukung dana dan didampingi ahli dari Belanda lagi. Tidak hanya mengurus museum BGKW yang kemudian berubah menjadi Museum Nasional, Amir Sutaarga juga merintis pengembangan museologi di Indonesia.
Sepak terjang Amir Sutaarga dalam memajukan permuseuman di Indonesia telah menarik perhatian Komunitas Jelajah. Dalam rangka menghargai jasanya dalam permuseuman Indonesia, pada event Museum Awards tahun 2012, Amir Sutaarga memperoleh anugerah Life Time Achievement di bidang permuseuman.
Penghargaan tersebut merupakan suatu hal yang layak diperoleh Amir Sutaarga yang telah mengabdikan diri sepanjang hayat untuk kemajuan Museum Nasional dan museum-museum di Indonesia. Setahun setelah menerima penghargaan, tepatnya pada 1 Juni 2013, Amir Sutaarga meninggal dunia.
Sejarah Awal Mula dan Penetapan Hari Museum Nasional
Seperti diketahui, sosok Bapak Permuseuman Indonesia Amir Sutaarga tak lepas dari sejarah Hari Museum Nasional. Ini berdasarkan momen diselenggarakannya MMI pertama yang menghasilkan resolusi pengembangan museum Indonesia.
Selanjutnya, pada bulan April 2015 diselenggarakan kegiatan diskusi di Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Dalam kegiatan diskusi tersebut dibahas tentang penetapan untuk peringatan Hari Museum Nasional.
Kemudian diskusi tersebut dilanjutkan dengan pertemuan Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) pada tanggal 26-28 Mei 2015 di Kota Malang, Jawa Timur (Jatim). Dalam kegiatan ini diusulkan tanggal peringatan Hari Museum Nasional.
Para peserta dalam diskusi pun mengusulkan tanggal 12 Oktober sebagai Hari Museum Nasional. Alasan pemilihan tanggal tersebut berdasarkan diadakannya Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) pertama di Yogyakarta pada 12-14 Oktober 1962.
Pertemuan tersebut dihadiri 250 pengelola Museum di Indonesia. Hasil pertemuan itu selain menetapkan 12 Oktober sebagai Hari Museum Nasional atau Hari Museum Indonesia juga membahas isu-isu dan paradigma baru dalam dunia permuseuman untuk kemajuan museum di Indonesia.
(wia/imk)