Pemerintah China mengecam pemerintah Jerman dan mengingatkan untuk tidak "menghasut konfrontasi dan membesar-besarkan ketegangan". Hal ini disampaikan setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman mengatakan Beijing "semakin agresif" di kawasan Asia-Pasifik.
Dalam kunjungan ke Jepang, Menlu Jerman Johann Wadephul mengatakan China telah berulang kali mengancam untuk "secara sepihak mengubah status quo dan menggeser perbatasan demi keuntungannya", dengan merujuk pada perilakunya di Selat Taiwan serta Laut China Timur dan Laut China Selatan.
"Setiap eskalasi di pusat perdagangan internasional yang sensitif ini akan berdampak serius bagi keamanan global dan ekonomi dunia," ujar Wadephul pada Senin (18/8) setelah pertemuan dengan Menlu Jepang, Takeshi Iwaya, dilansir kantor berita AFP, Senin (18/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menlu Jerman Bilang China Semakin Agresif |
Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Minggu (17/8) sebelum kunjungan Wadephul ke Jepang dan kemudian Indonesia, Wadephul mengatakan bahwa China "semakin menegaskan supremasi regionalnya dan, dengan demikian, juga mempertanyakan prinsip-prinsip hukum internasional."
"Perilaku China yang semakin agresif di Selat Taiwan dan Laut China Timur dan Selatan juga berimplikasi bagi kami di Eropa: prinsip-prinsip fundamental koeksistensi global kita dipertaruhkan di sini," demikian pernyataan Wadephul.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, membalas pada hari Senin (18/8), dengan mengatakan bahwa situasi di Laut China Timur dan Laut China Selatan "secara umum tetap stabil".
"Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk menghormati negara-negara di kawasan, menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi, serta menjaga kepentingan bersama, yaitu perdamaian dan stabilitas, alih-alih memicu konfrontasi dan meningkatkan ketegangan," ujar juru bicara tersebut dalam konferensi pers ketika ditanya tentang komentar Wadephul.
"Persoalan Taiwan adalah urusan internal China," tambahnya.