Sementara, Perwakilan ECC di GKI TP, Fransina Yoteni mengungkapkan kesedihannya terhadap ancaman lost generation dalam audiensi tersebut. Dia mengatakan perempuan dan anak kerap menjadi korban dalam masalah yang terjadi di Papua.
"Sebagai Mama Papua saya menyampaikan bahwasanya kami merasa sedih sebagai ibu ya, karena masalah-masalah yang terjadi di atas tanah ini yang menjadi korban adalah perempuan dan anak-anak, kami mengangkat contoh para pengungsi yang adalah perempuan dan anak-anak dan kerisauan kami bahwa akan terjadi lost generation karena juga didukung dengan misalnya pendidikan yang sangat tertinggal di tanah Papua, hanya dua kota yang baik yaitu Sorong dan Jayapura, selebihnya Itu sangat tertinggal itu hal pertama," kata Fransina Yoteni.
Dia juga mengatakan filosofi hidup Papua dan alam. Kemudian, dia mengatakan harus ada kesempatan yang sama bagi penguasaha asli Papua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan yang kedua adalah tentang filosofi hidup orang Papua, dia dan alam itu satu, sehingga dia hidup karena alam dan dialah pemelihara alam itu, sehingga ketika dia terusir dari pada tempat tinggalnya, dia kehilangan, kehilangan diri, kehilangan jati diri, dan ini mengancam hidupnya," ujarnya.
"Hal ketiga yang kami sampaikan juga adalah bahwa harus ada kesempatan yang sama bagi pengusaha asli Papua juga untuk menunjukkan bahwa kira berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, bahwa ada kepercayaan satu sama lain antara rakyat Papua dan pemerintah," sambungnya.
Dia mengatakan Papua telah berkontribusi sebagai paru-paru dunia dalam krisis iklim. Dia mengatakan Papua harus dilindungi dan dijaga bersama.
"Dan yang terakhir saya katakan bahwa dengan filosofi hidup itu kami telah berkontribusi kepada dunia hari ini dengan perubahan iklim yang luar biasa, krisis iklim, Papua menyumbang sebagai salah satu paru-paru dunia dan oleh karena itu hidup Papua ini harus dilindungi supaya dia tetap dan menjadi berkat dan saya bilang tanah Papua juga terbuka untuk siapa saja, datang ke sini. Jadi kita sama-sama menjaganya supaya kita bisa hidup di atasnya, bersama," ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan Wapres Ma'ruf Amin meminta para pegiat kemanusiaan, HAM dan perdamaian mencari akar masalah dari setiap permasalahan yang ada.
"Yang saya rasakan beliau tadi katakan bahwa kami harus mencari akar masalah, sehingga akar masalah ini bisa di dirumuskan dan apabila dalam tadi rancangan induk, rencana induk percepatan pembangunan Papua dirasa ada yang kurang itu bisa ditambahkan, dan tadi yang beliau tegaskan di situ beberapa kali adalah dicarikan akar-akar masalah Papua ini ada di mana begitu," ujarnya.
(azh/azh)