Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat Indonesia tidak hanya jadi konsumen di tengah gencarnya ekonomi digital yang masif. Dia meminta Indonesia harus jadi produsen.
Hal itu diungkap Jokowi dalam memberikan pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIV dan Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXV 2023 Lemhanas RI, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Jokowi mengatakan Indonesia memiliki banyak potensi talenta digital, tapi sayangnya saat ini hanya menjadi pasar atau konsumen. Dia meminta perlunya menyiapkan talenta-talenta tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tidak boleh hanya jadi pasar saja ada potensi tapi kita hanya jadi pasar saja. Oleh sebab itu, kita harus jadi pemain, ini menyiapkan pemain-pemain ini yang memerlukan kerja keras karena kita dibatasi oleh limit waktu," kata Jokowi.
"Teman-teman saya menyampaikan waktunya hanya 2 tahun dari pertengahan tahun kemarin, gimana kita bisa siapkan talenta talenta digital ini, ini bukan barang yang mudah dan kita tidak boleh hanya jadi konsumen saja," lanjutnya.
Jokowi mengungkap data 123 juta masyarakat Indonesia yang menjadi konsumen. Terlebih barang yang dibeli 90 persen berasal dari impor.
"Tadi 123 juta konsumen kita hanya jadi konsumen dan 90 persen barangnya barang impor lebih bahaya lagi, bukan produk kita sendiri, kalau produk kita sendiri kita taruh di e-commerce masih bagus, tapi 90 persen barang impor karena harganya sangat murah bahkan baju kemaren ada yang dijual Rp 5 ribu," ujarnya.
"Artinya di situ ada predatory prising, mulai bakar uang yang terpenting menguasai data, menguasai perilaku, ini kita semua harus mengerti mengenai ini," lanjut Jokowi.
Jokowi menegaskan agar Indonesia tidak hanya jadi konsumen tapi juga harus jadi produsen. Dia mengatakan setidaknya kita harus membeli produk lokal jika membeli lewat aplikasi.
"Sekali lagi jangan hanya jadi konsumen tapi kita harus jadi produsen, artinya kalau pakai aplikasi yang masuk ke sana produsen dari barang yang kita produksi sendiri, syukur kita bisa masuk ke negara-negara nggak usah jauh-jauh di ASEAN dulu kita kuasai," ujarnya
Lihat juga Video: Beda E-commerce dan Social Commerce Apa Sih?