Masalah Pelik Kebakaran Jakarta Kerap Dipicu Korsleting Listrik

Masalah Pelik Kebakaran Jakarta Kerap Dipicu Korsleting Listrik

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 22 Sep 2023 22:42 WIB
Ilustrasi kebakaran
Ilustrasi kebakaran (Foto: detikcom/Thinkstock)
Jakarta -

Kebakaran menjadi salah satu masalah pelik yang terjadi di Jakarta. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menunjukkan bahwa mayoritas kebakaran di Jakarta dipicu oleh hubungan pendek arus listrik (korsleting).

Atas kondisi tersebut, BPBD DKI menggelar operasi pemeriksaan instalasi listrik hingga Oktober mendatang. Pemeriksaan akan dilakukan di kelurahan yang memiliki riwayat kebakaran seperti Kelurahan Kapuk, Sunter Agung, Kalideres, Penjaringan dan Pulogebang.

"Setelah pemeriksaan ini, BPBD DKI Jakarta akan melaksanakan kegiatan bedah instalasi listrik berkolaborasi dengan unsur dunia usaha. Kami yakin instalasi listrik yang baik dapat meminimalkan terjadinya arus pendek listrik yang bisa memicu kebakaran," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa dalam keterangan tertulis, Jumat (22/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isnawa menuturkan di tahap awal pihaknya telah menggelar operasi pemeriksaan instalasi listrik di permukiman Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat pada Kamis (21/9) lalu. Isnawa menuturkan, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya meminimalkan kejadian kebakaran yang melanda kawasan gedung dan permukiman di Jakarta, serta meminimalkan dampak korban yang ditimbulkan.

Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menerjunkan empat tim gabungan terdiri dari BPBD DKI Jakarta, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi DKI Jakarta, Satpol PP, Wali Kota Jakarta Barat, BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya, Perintis Perlindungan Instalasi Listrik Nasional (PPILN), unsur kelurahan, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK), serta RT/RW setempat.

ADVERTISEMENT

"Tim gabungan ini diturunkan untuk mengecek penggunaan instalasi listrik yang ada di dalam dan luar ruang sekaligus memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat setempat terkait penggunaan instalasi listrik yang aman dari bencana," jelasnya.

Mayoritas Kebakaran di Jakarta karena Korsleting

Selain itu, BPBD DKI mengungkapkan 90 persen kebakaran yang terjadi di wilayah Ibu Kota disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik (korsleting). Hingga September ini, tercatat ada 1.000 kejadian kebakaran di Jakarta.

"Yang pasti 90 persen karena 'korsleting' (hubungan pendek arus) listrik," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam kegiatan pemantauan instalasi listrik di Kelurahan Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis.

Isnawa menyebutkan, dari Januari hingga September 2023, terjadi sekitar 1.000 kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Tetapi pihaknya hanya menerima sekitar 400 laporan kebakaran.

"Dari Januari sampai September (2023) saja, kalau data pemadam kebakaran itu di angka hampir seribu (kebakaran). Kalau di data BPBD 400 (laporan diterima)," ujar Isnawa.

Perbedaan data tersebut, kata Isnawa, karena pihaknya tidak mendata kebakaran kecil yang juga diakibatkan oleh korsleting. Selain itu, pihaknya juga berfokus mendata kebakaran yang mengakibatkan korban pengungsi yang membutuhkan bantuan lanjutan.

"Kalau perbedaan data, mungkin kalau ada 'korsleting' sedikit (kebakaran kecil) di damkar sudah masuk angka satu. Kalau di kami kalau belum kejadian mungkin belum kita data, termasuk juga kalau BPBD kan berdasarkan ada data pengungsian, korban pengungsi," kata Isnawa.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya

BPBD DKI kini sedang memantau dan memeriksa instalasi listrik di 10 kelurahan dengan intensitas kebakaran paling tinggi di DKI Jakarta selama tahun 2020-2023. Salah satunya di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat (Jakbar).

Isnawa menjelaskan ilustrasi kebakaran akibat instalasi listrik, khususnya kabel yang sudah tua.

"Bangunan atau rumah di Jakarta itu banyak yang dibangun tahun '70-80, menggunakan mungkin kabel-kabel listrik di tahun itu, yang mungkin bebannya juga tidak sebesar untuk penggunaan listrik sekarang," kata Isnawa.

Pada tahun tersebut, kata Isnawa, kemungkinan rumah hanya berisi televisi (TV), setrika, dan lampu sederhana. Namun, saat ini, perangkat elektronik yang dimiliki masyarakat lebih banyak jenisnya.

"Semua ada. Laptop, handphone-nya tiga, kipas angin, kulkas, TV, pengering rambut dan lain-lain," katanya.

Menurutnya, jika semua perangkat elektronik itu digunakan bersamaan, berpotensi terjadi penggunaan intensitas listrik yang melebihi ketentuan. Isnawa juga mengaku menemukan penggunaan kabel-kabel kecil hingga jenis kabel serat saat meninjau lokasi kebakaran.

"Serabut-serabut gitu yang mungkin juga sudah tua. Saya yakin itu kalau 'korsleting' pasti akan menyebabkan kebakaran," kata Isnawa.

Selain itu, kata dia, kebakaran juga bisa disebabkan pembakaran rokok, sampah, hingga lupa mematikan kompor atau penggunaan tabung gas yang salah.

Saat melakukan peninjauan instalasi listrik di Cengkareng Timur, BPBD DKI mengerahkan 120 personel gabungan yang dibagi ke dalam empat tim. Dia mengatakan jika ditemukan instalasi yang tidak sesuai, sanksi ataupun tindak lanjut akan diserahkan ke pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN).


Namun, Isnawa belum menyebutkan sembilan kelurahan lain yang akan dipantau instalasi listriknya. Dia menargetkan peninjauan selesai akhir Oktober nanti.

"Kita juga ada, misalnya, Pulogebang di Jakarta Timur, kemudian kita mungkin menyasar daerah-daerah yang lain yang sudah kita data, nanti saya sampaikan datanya," kata Isnawa.

Ia meminta pihak kelurahan, kecamatan hingga pemerintah kota agar membentuk satuan tugas khusus untuk meminimalkan potensi kebakaran.

"Tetapi setelah kita melakukan ini, tentunya saya harapkan nanti teman-teman para wali kota, camat, lurah bisa berinisiasi mengadakan program mandiri untuk memantau kelurahan masing-masing agar kita bisa menekan kebakaran di Jakarta," kata Isnawa.

Halaman 2 dari 2
(knv/knv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads