Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan 90 persen kebakaran yang terjadi di wilayah Ibu Kota disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik (korsleting). Hingga September ini, tercatat ada 1.000 kejadian kebakaran di Jakarta.
"Yang pasti 90 persen karena 'korsleting' (hubungan pendek arus) listrik," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam kegiatan pemantauan instalasi listrik di Kelurahan Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis.
Isnawa menyebutkan, dari Januari hingga September 2023, terjadi sekitar 1.000 kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Tetapi pihaknya hanya menerima sekitar 400 laporan kebakaran.
"Dari Januari sampai September (2023) saja, kalau data pemadam kebakaran itu di angka hampir seribu (kebakaran). Kalau di data BPBD 400 (laporan diterima)," ujar Isnawa.
Perbedaan data tersebut, kata Isnawa, karena pihaknya tidak mendata kebakaran kecil yang juga diakibatkan oleh korsleting. Selain itu, pihaknya juga berfokus mendata kebakaran yang mengakibatkan korban pengungsi yang membutuhkan bantuan lanjutan.
"Kalau perbedaan data, mungkin kalau ada 'korsleting' sedikit (kebakaran kecil) di damkar sudah masuk angka satu. Kalau di kami kalau belum kejadian mungkin belum kita data, termasuk juga kalau BPBD kan berdasarkan ada data pengungsian, korban pengungsi," kata Isnawa.
Pihaknya sedang memantau dan memeriksa instalasi listrik di 10 kelurahan dengan intensitas kebakaran paling tinggi di DKI Jakarta selama tahun 2020-2023. Salah satunya di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat (Jakbar).
Isnawa menjelaskan ilustrasi kebakaran akibat instalasi listrik, khususnya kabel yang sudah tua.
"Bangunan atau rumah di Jakarta itu banyak yang dibangun tahun '70-80, menggunakan mungkin kabel-kabel listrik di tahun itu, yang mungkin bebannya juga tidak sebesar untuk penggunaan listrik sekarang," kata Isnawa.
Pada tahun tersebut, kata Isnawa, kemungkinan rumah hanya berisi televisi (TV), setrika, dan lampu sederhana. Namun, saat ini, perangkat elektronik yang dimiliki masyarakat lebih banyak jenisnya.
"Semua ada. Laptop, handphone-nya tiga, kipas angin, kulkas, TV, pengering rambut dan lain-lain," katanya.
Menurutnya, jika semua perangkat elektronik itu digunakan bersamaan, berpotensi terjadi penggunaan intensitas listrik yang melebihi ketentuan. Isnawa juga mengaku menemukan penggunaan kabel-kabel kecil hingga jenis kabel serat saat meninjau lokasi kebakaran.
"Serabut-serabut gitu yang mungkin juga sudah tua. Saya yakin itu kalau 'korsleting' pasti akan menyebabkan kebakaran," kata Isnawa.
Selain itu, kata dia, kebakaran juga bisa disebabkan pembakaran rokok, sampah, hingga lupa mematikan kompor atau penggunaan tabung gas yang salah.
Saat melakukan peninjauan instalasi listrik di Cengkareng Timur, BPBD DKI mengerahkan 120 personel gabungan yang dibagi ke dalam empat tim. Dia mengatakan jika ditemukan instalasi yang tidak sesuai, sanksi ataupun tindak lanjut akan diserahkan ke pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Namun, Isnawa belum menyebutkan sembilan kelurahan lain yang akan dipantau instalasi listriknya. Dia menargetkan peninjauan selesai akhir Oktober nanti.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(jbr/mei)