Air di Kali Bekasi tercemar limbah hingga menimbulkan bau dan berwarna hitam. Hal ini membuat pasokan air bersih untuk warga terganggu.
Direktur Utama Perumda Tirta Patriot Ali Imam Faryadi membenarkan kejadian tersebut. Ia juga mengatakan pihaknya sempat menghentikan produksi air bersih untuk warga.
Berikut beberapa fakta terkait tercemarnya air di Bekasi:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suplai Air ke 40 Ribu Warga Sempat Terhenti
Ali Imam mengatakan suplai air bersih ke 40 ribu warga sempat terhenti. Namun, Ali mengatakan penghentian air ini tidak berlangsung lama.
"40 ribuan (warga terdampak)," ujar Ali Imam saat dihubungi detikcom, Rabu (20/9/2023).
"Nggak sampai, stop produksi nggak sampai seminggu," tuturnya.
Diketahui sebelumnya, pasokan air bersih untuk 40 ribu warga disebut sempat dihentikan pada Jumat (15/9), namun kembali dialirkan pada Senin (18/9).
Limbah sejak 13 September
Ia juga mengaku sempat kesulitan mengolah air lantaran kepekatan limbah yang beragam.
"Kemarin itu kita kebetulan limbahnya setiap yang datang tingkat kepekatannya berbada-beda, contoh limbah sebelum tanggal 15 itu kepekatannya tidak terlalu kental," sambungnya.
Ia mengatakan air mulai tercemar limbah sejak tanggal 13 September lalu. Sampai saat ini, ia menyebut limbah masih pekat.
"Limbah yang sekarang ini, dari tanggal 13 sampai saat ini belum juga kelar masih juga ada. Masih pekat," ujarnya.
Simak halaman selanjutnya
Saksikan juga 'Penampakan Sumur Warga di Kediri Tercemar, Air Bak 'Pertalite'':
Air Kembali Mengalir
Ali Imam mengatakan saat ini air telah mengalir ke rumah warga, meski begitu kondisi air belum kembali normal.
"Saat ini baru saya cek kita bisa produksi di 315 LPS (liter per detik) jadi ya 60 persen lah dari normalnya. Biasanya normalnya kita produksi 560 LPS. Jadi pencampuran dari Kalimalang 3 kubik dari Nowo 1 kubik alhamdulillah kita masih bisa ngolah walaupun belum maksimal. Dengan kondisi begitu kita dorong dengan 2 setengah bar ke pelanggan. Jadi dengan posisi begitu memang bahwa dipelanggan kita itu mengalir tapi kecil," ujarnya.
"Kalau normal kita 4 bar, makannya kita nggak tekan abis tapi minimal pipa itu ngisi air, di pelanggan itu keluar walaupun nggak banyak tapi bisa keluar," tuturnya.
Dengan kondisi yang belum maksimal, Ali memprediksikan masih ada sejumlah wilayah yang air belum mengalir. Wilayah tersebut yaitu, Tarumajaya sama Babelan.
"Idealnya digelontorkan dari pangkal 6 kubik, jadi kalau kondisi sekarang sepertinya di ujung itu nggak dapet air. Tarumajaya sama Babelan, potensinya begitu," ujarnya.
Sumber Limbah
Terkait tercemarnya air limbah di Bekasi ini, Ali Imam menduga sumber limbah dari Kali Cileungsi.
"Sumbernya diduga dari Kali Cileungsi," tuturnya.
Ali Imam menjelaskan ujung aliran Kali Bekasi bercabang antara Kali Cikeas dan Kali Cileungsi. Oleh sebab itu, pencemaran diduga berasal dari aliran Kali Cileungsi.
"Jadi Kali Bekasi di 0 kilo meter itu di sana beracabang, ke kanan itu Kali Cikeas ke kiri itu Kali Cilengsi. nah diduga sumber pencemaran itu dari Kali Cileungsinya, Kabupaten Bogor," tuturnya.
Ia mengaku sulit menangani air agar tidak lagi hitam dan bau, hal ini lantaran sumber limbah berada di hulu. Menurutnya, salah satu cara yang dilakukan untuk kembali mengalirkan air bersih dengan mengolah air dari Kalimalang.
"Kalau bicara hitam susah ya, karena pencemaran limbah dari hulu. Tapi kemudian kita coba diskusikan dengan PJB 2, bahwa kita minta tolong tetep dari Kalimalang 3 kubik dan dari yang ada limbah tadi maksimal 1 kubik saja, kalau itu dicampur dari kami Tirta Patriot masih bisa ngolah, walaupun tetep belum maksimal," ujarnya.
Simak halaman selanjutnya
Warga Diminta Lapor Jika Ada Keluhan Gatal
Ali Imam lantas meminta warga melapor jika mengalami gatal akibat air tersebut.
"Terkait informasi itu kami terima kasih. Atas informasi itu saya minta tolong datanya kasih ke kami by name by address nanti kita cek ke lapangan," ujar Ali Imam.
Ali mengatakan pihaknya akan melakukan pengecekan jika adanya laporan warga yang mengalami gatal akibat air. Menurutnya, jika hal tersebut terjadi karena air, maka akan bersifat komunal.
"Gatel-gatel itu kalau betul sumbernya dari kami kan sifatnya komunal, zonasi. Tapi kalau satu warga yang gatal-gatal apakah benar penyebabnya? atau warga tersebut kulitnya sensitif," tuturnya.