PBNU Soroti Masalah Pengelolaan SDA: Tak Boleh Didikte 1 Kelompok Saja

PBNU Soroti Masalah Pengelolaan SDA: Tak Boleh Didikte 1 Kelompok Saja

Kadek Melda Luxiana - detikNews
Selasa, 19 Sep 2023 17:50 WIB
Ulil Abshar Abdalla
Ulil Abshar (Kadek/detikcom)
Jakarta -

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membahas soal pengelolaan sumber daya alam (SDA) di Indonesia dalam Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU 2023. PBNU menyoroti pengelolaan SDA yang mengabaikan aspirasi publik.

"Bahwa ada masalah serius di dalam pengelolaan SDA kita. Pengelolaan SDA kita dikelola dilakukan dilaksanakan dengan cara yang mengabaikan aspirasi-aspirasi publik dan masyarakat," kata Ketua Komisi Rekomendasi Munas Alim Ulama dan Konbes NU, Ulil Abshar Abdalla, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa (19/9/2023).

PBNU, kata Ulil, mendorong agar pemerintah mencapai konsensus dan melibatkan semua pihak. Dia mengatakan pengelolaan SDA tidak boleh didikte hanya dari satu kelompok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oleh karena itu, PBNU mendorong agar pemerintah dan pihak-pihak lain berusaha mencapai konsensus nasional di dalam pengelolaan SDA. Konsensus ini harus melibatkan semua pihak di dalam menentukan arah kebijakan yang adil dan bermaslahat bagi semua pihak. Tidak boleh pengelolaan SDA didikte oleh satu kelompok saja, terutama kelompok yang menjadi penguasa modal," ujarnya.

Selanjutnya Ulil juga menyampaikan rekomendasi terkait permasalahan global. Permasalahan global itu terkait konflik hingga polarisasi.

ADVERTISEMENT

"Terakhir, rekomendasi terkait dengan masalah global. Rekomendasi ini adalah terkait dengan adanya konflik, polarisasi dan kebencian yang makin menguat di seluruh kawasan di dunia. Adanya populisme, politik populisme yang berkembang di banyak negara dan itu semua adalah perkembangan kecenderungan yang memprihatinkan," ucapnya.

Ulil menuturkan agama harus berperan aktif sehingga bisa menjadi solusi bagi persoalan global tersebut. Namun agama juga harus melakukan kritik diri.

"Oleh sebab itu PBNU dalam hal ini mengusulkan dua hal. Pertama, agama harus berperan aktif jadi solusi bagi problem-problem global. Tetapi agar agama dapat menjadi solusi bagi problem-problem global ini, agama harus melakukan kritik diri," jelasnya.

"Karena ada pemahaman-pemahaman keagamaan yang menimbulkan konflik, benturan identitas antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, sebelum agama menjadi solusi bagi sumber masalah dunia, agama harus melakukan pemahaman terhadap ajaran dan pemahaman tafsirnya, sehingga pemahaman ini sesuai dengan kondisi sekarang. Dengan begitu agama akan memperoleh kepercayaan publik untuk menjadi sumber bagi solusi masalah global," imbuhnya.

(dek/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads