Hartoni Ubes, seorang eksil asal Cimahi, Jawa Barat bercerita sempat tidak memiliki kewarganegaraan selama puluhan tahun. Sebagai korban politik peristiwa 1965, dia mengaku terpaksa menjadi warga negara Ceko lantaran pekerjaan.
Kisah itu dibagikan Ubes saat bertemu dengan Menko Polhukam Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laolly di Praha, Ceko, Senin (28/8/2023) yang juga diikuti sejumlah eksil secara langsung dan melalui Zoom. Saat itu, Ubes bekerja di bidang asuransi untuk pensiunan militer di sana.
"Saya itu menjadi warga negara Ceko terpaksa, juga karena pekerjaan. Dan waktu itu sudah tahun 2004, waktu itu saya bekerja di jabatan pensiunan asuransi tentara," kata Ubes.
Ubes menuturkan dirinya dipanggil oleh atasan lantaran tidak memiliki kewarganegaraan. Ubes mengaku pasrah, sampai akhirnya ditawarkan menjadi warga negara Ceko.
"Direktur jenderalnya itu jenderal bintang tiga, waktu beliau tahu saya orang 'kelayaban', saya dipanggil, dia bilang 'Pak Ubes tahu kalau di sini jabatan militer. Di sini orang Ceko pun tidak sembarangan bisa masuk sini. Ini Pak Ubes ini kan kewarganegaraan nggak punya'. Jadi waktu itu saya bilang, 'Ya nggak papa lah, kalau bisa keluar' 'Oh nggak, nggak usah keluar' masuk jadi warga negara Ceko," ujar Ubes menirukan percakapan.
Ubes menyampaikan saat itu tidak mudah untuk bisa menjadi warga negara Ceko. Ubes juga sempat ragu bisa menjadi warga negara Ceko lantaran tak fasih berbahas Ceko.
"Waktu itu untuk jadi warga negara Ceko sudah tidak gampang. Makanya saya bilang sama beliau, ya terserah bapak aja kan. Kalau saya bisa masuk kewarganegaraan Ceko ya saya masuk, tapi saya bahasa Ceko pun nggak terlalu bagus. Beliau bilang, 'Ah itu urusan saya' saya bilang sudah lah, karena waktu itu anak saya masih sekolah, jadi saya pikir sampai anak saya selesai sekolah mungkin itu persoalannya (kewarganegaraan) belum selesai," ujarnya.
Tak begitu lama, dalam waktu sepekan Ubes sudah terdaftar menjadi warga negara Ceko. Ubes mengungkapkan tidak memiliki kewarganegaraan selama 38 tahun sejak 1966.
"Eh tiba-tiba dalam tempo seminggu datang sekretarisnya, dia bilang 'Pak Ubes itu soal kewarganegaraan sudah selesai tinggal diambil'. Itu masuk warga negara itu harus diuji sejarah, harus bayar, saya gratis itu tahun 2004. Jadi dari tahun 1966 sampai 2004 saya itu nggak punya apa-apa tanpa kewarganegaraan," ucapnya.
Dengan suara bergetar, Ubes mengaku tidak pernah merasa bukan orang Indonesia selama berada di sana. Bahkan, sampai saat ini Ubes masih bisa berbahasa Sunda.
"Selama saya di sini (Ceko) itu saya tidak pernah merasa bukan orang Indonesia. Waktu saya pulang pertama kali (ke Indonesia) karena kebaikan Pak Tobing. Waktu itu, di Indonesia pun kaget saya masih bisa bahasa Sunda, sedangkan ponakan-ponakan saya tidak bisa bahasa Sunda," ungkapnya.
Ubes kemudian berharap agar dirinya dan para eksil lain yang berada di luar negeri tidak dianggap sebagai orang asing. Dia juga berharap pemulihan yang dilakukan pemerintah kepada para eksil bisa berjalan baik.
"Harapan saya, janganlah kita ini dianggap sebagai orang asing. Saya kira bukan cuma saya, teman-teman semua di sini tetap merasa sebagai orang Indonesia, kami ini bukan orang asing. Dan seolah-olah, persoalan kewarganegaraan kan persoalan administrasi ya. Saya tidak pernah merasa jadi orang asing dan tetap menjadi orang Indonesia. Harapan saya (Indonesia menjadi negara Top 5 pada 2045) supaya itu bisa terlaksana dan itu tugas G2, G3, G4, kita G1 sudah tidak akan ada. Semoga gagasan ini bisa berlaku secara baik," imbuhnya.
Lihat juga Video 'Mahfud Akan Kunker ke Belanda-Ceko, Temui Korban Pelanggaran HAM Berat':
Selengkapnya pada halaman berikut.
(dek/lir)