Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memiliki alat ukur untuk mengecek tingkat kualitas udara di wilayahnya. Bagaimana cara kerjanya?
Alat itu terbagi dua, yaitu alat pengukuran pasif atau volume air sampler (HVAS) yang berkeliling dan alat aktif atau air quality monitoring system (AQMS) yang ditempatkan di satu lokasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang Selatan Wahyunoto Lukman menjelaskan, pihaknya memiliki empat buah alat pengukuran pasif. Alat itu berkeliling mengambil sampel udara dari tujuh kecamatan di Tangsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita kalau untuk ngambil sampel pakai alat pasif namanya, itu kami selalu ambil sampel dari tujuh kecamatan tapi dalam tempo tertentu berbeda-berbeda kelurahan," ujar Wahyunoto kepada wartawan, Rabu (16/8/2023).
"Kami punya empat alat lagi. Ini stasiunnya bergerak. Jadi sesuai kebutuhan, di mana yang perlu cermati, lalu ambil sampel. Kemudian, kami sandingkan dengan alat AQMS," tambahnya.
Baca juga: Tak Ada Langit Biru di Jakarta Hari Ini |
Data dari alat tersebut akan dibandingkan dengan alat aktif yang berada di Taman Kesehatan, Serpong, Tangsel. Alat aktif itu bekerja selama 24 jam.
"Itu nanti kami bandingkan dengan alat aktif kami yang eksis berada di Taman Kesehatan itu yang real time 24 jam 7 hari seminggu, nggak mati. Itu terus dia, tapi di wilayah di sekitar situ, supaya kita mengetahui kondisi real time, untuk mengambil kesimpulan kami harus mengambil sampel udara di wilayah yang lain," sebutnya.
Wahyunoto menjelaskan, alat tersebut tak hanya mengukur besaran partikel polusi udara, tapi juga mengukur kandungan berbahaya di dalamnya. Adapun partikel berbahaya yang diukur adalah dioksin, arsenik, sulfur dioksida, karbon monoksida, dan magnesium dioksida.
"Itu kenapa hanya 5 yang diukur di alat kami, 5 kandungan inilah yang beracun, kalau partikel di udara mengandung 5 unsur ini, itu sangat berbahaya dan tadi bisa menyebabkan unsur tersebut, kanker paru, dan gangguan kesehatan lainnya," sebutnya.
DLH Klaim Udara Tangsel Aman
Wahyunoto sebelumnya membantah bahwa udara di Tangsel berbahaya untuk dihirup. Dia mengatakan udara Tangsel dalam kondisi aman untuk dihirup.
"Sampai dengan data yang kemarin keadaannya (kualitas udara) sedang. Sangat layak untuk makhluk hidup, manusia, hewan, tumbuhan-tumbuhan dan lain-lain. Jadi, ya kita sehari-hari kita rasakan," ujar Wahyunoto, Jumat (11/8).
Wahyunoto mengatakan DLH Tangsel punya alat pengukur kualitas udara sendiri. Bahkan alat tersebut juga dapat mendeteksi 5 unsur berbahaya dalam partikel di udara.
"Kalau kami di Dinas LH Tangsel mempunyai alat yang juga mampu mengukur atau mengetahui unsur di dalam partikel yang ada," kata dia.
Ia mengatakan, berdasarkan alat ukur DLH Tangsel yang ada, tidak ditemukan 5 unsur berbahaya itu. Meski demikian, Wahyu mengatakan memang masih ditemui sejumlah partikel yang berterbangan di udara, tetapi tidak berbahaya.
Lihat Video: Kata Kemenkes soal Wacana WFH dan PJJ Imbas Polusi Udara