Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan hasil penelitian yang diadakan oleh Lowy Institute yang menyatakan Indonesia merupakan kekuatan menengah di Asia atau middle power in Asia. Hal ini seiring dengan pengaruh diplomasi RI yang melonjak tajam.
"Lembaga think tank Australia, Lowy Institute, menyebut Indonesia sebagai middle power in Asia dengan diplomatic influence yang terus meningkat tajam dan Indonesia termasuk 1 dari 6 negara Asia yang mengalami kenaikan comprehensive power," kata kata Jokowi dalam Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPD RI di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/9/2023).
Sekadar informasi, Lowy Institute merupakan lembaga independen (atau wadah pemikir) asal Australia yang didirikan pada April 2023. Lembaga tersebut berfokus pada penelitian mengenai isu politik hingga ekonomi internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Jokowi menyadari tak semua pihak bisa menyambut positif penelitian tersebut. Bahkan, kata dia, tak sedikit pula yang menanyakan apa manfaat yang didapat RI ketika menjadi kekuatan menengah di Benua Asia.
"Tapi kemudian ada yang bilang memang kenapa dengan international trust yang tinggi? Rakyat kan makannya nasi, international trust nggak bisa dimakan. Ya memang nggak bisa. Sama seperti jalan tol nggak bisa dimakan, ya memang. Nah ini, ini contoh menghabiskan energi untuk hal tidak produktif itu, ya begini," ucapnya.
"Tapi nggak apa, saya malah senang. Memang harus ada yang begini-begini, supaya lebih berwarna, supaya tidak monoton," tambah dia.
Jokowi menekankan, melalui capaian tersebut, kredibilitas RI bisa lebih diakui. Dengan begitu, suara yang digaungkan RI bisa lebih didengarkan di kancah internasional sehingga memudahkan negosiasi. Jokowi menilai peluang tersebut tak boleh sampai terlewatkan.
"Peluang tersebut harus mampu kita manfaatkan. Rugi besar kita jika melewatkan kesempatan ini karena tidak semua negara memilikinya dan belum tentu kita akan kembali memilikinya," terangnya.
(taa/imk)