Kualitas Udara Jakarta Buruk, KPAI Sarankan WFH dan Siswa Kembali PJJ

Kualitas Udara Jakarta Buruk, KPAI Sarankan WFH dan Siswa Kembali PJJ

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Selasa, 15 Agu 2023 17:46 WIB
Aktivitas di Kota Jakarta kembali normal setelah libur lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah berakhir. Kualitas udara Jakarta hari ini dinilai tidak sehat. (Jabbar/detikcom)
Aktivitas di Kota Jakarta kembali normal setelah libur lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah berakhir. Kualitas udara Jakarta hari ini dinilai tidak sehat. (Jabbar/detikcom)
Jakarta -

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyarankan agar kembali diberlakukan work from home dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama ancaman polusi udara melanda Jakarta dan sekitarnya. KPAI menilai anak-anak lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan orang dewasa.

"Saya kira seruan banyak orang agar orang dewasa WFH sangat baik ya, begitu juga anak anak. Sambil menunggu udara normal kembali," kata Wakil Ketua KPAI Jasra Putra dalam keterangan tertulis, Selasa (15/8/2023).

"Anak-anak tidak sekuat orang dewasa. Bila mereka mengalami sakit, tak mudah mendeskripsikan atau menjelaskan. Kebutuhan bermainnya, kadang mengalahkan apa yang dirasanya. Padahal mereka butuh diselamatkan dalam polusi udara ekstrem dan suhu tinggi di Jakarta," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jasra meyakini Indonesia memiliki pengalaman menjalani work from home (WFH) maupun PJJ sewaktu pandemi COVID-19 merajalela. Di samping itu, kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diterapkan lebih fleksibel sehingga menunjang PJJ.

"Hak kesehatan anak penting diupayakan sejak dini, sebagaimana cita-cita Undang-Undang Kesehatan yang baru agar anak anak memiliki modal kesehatan yang tinggi sejak dalam kandungan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Saya kira Indonesia sudah punya pengalaman WFH. Sekolah pun sudah menggunakan kurikulum Merdeka Belajar yang mengatur sekolah bisa di sekolah dan luar sekolah. Sehingga lebih baik mencegah daripada mengobati," sambung dia.

Jasra meyakini upaya tersebut dapat mengurangi dampak polusi udara ekstrem. Di samping itu, dia mendorong masing-masing sekolah berperan aktif menjaga kesehatan dan keselamatan peserta didik.

"Sehingga manusia juga ramah terhadap lingkungan dan kelestariannya, untuk mewarisi masa depan yang lebih baik, lingkungan yang lebih ramah untuk anak anak kita. Saya kira segala upaya mengurangi asap polusi udara yang membahayakan ini, perlu dilakukan, termasuk menurunkan angka prevalensi perokok anak. Agar bebar-benar anak terbebas dari polusi udara sekitar," ucapnya.

Seperti diketahui, polusi udara di Jabodetabek jadi sorotan. Presiden Jokowi turut buka suara soal buruknya kualitas udara dalam seminggu terakhir.

Keluhan soal buruknya kualitas udara, khususnya di Jakarta, pertama kali dikeluhkan oleh warganet di media sosial. Mereka menyebutkan polusi udara hari ini membuat sesak napas dan tidak sehat.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan buruknya kualitas udara di Jakarta saat ini dipengaruhi musim kemarau yang sedang tinggi-tingginya. Kondisi tersebut menyebabkan udara kurang baik.

"Memang kualitas udara Jakarta sepanjang 2023 ini cukup berfluktuatif. Tadi disampaikan Pak Dirjen, salah satu faktor pencetusnya adalah kondisi musim kemarau Juli-September biasanya musim kemarau mencapai tinggi-tingginya, sehingga berakibat pada kondisi kualitas udara yang kurang baik," kata Asep, dalam jumpa pers, Jumat (11/8/2023).

Asep menerangkan saat ini Pemprov DKI tengah menyusun regulasi. Salah satu aturan yang sudah ada, lanjut Asep, adalah Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang pengendalian kualitas udara. Nantinya, Pemprov DKI juga akan menerbitkan Pergub sebagai langkah pengendalian polusi Jakarta.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan kualitas udara cenderung naik saat musim kemarau. Dia mengatakan hal itu juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

"Kecenderungannya biasanya pada saat musim kemarau kualitas udara cenderung naik dan seperti yang kita lihat sekarang. Jadi itu faktor yang mempengaruhi kondisi yang terjadi sekarang dan sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Hal lain yang perlu dicermati bahwa kondisi kualitas udaranya itu ada siklus harian pada saat malam hari, dini hari, lepas pagi cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore itu karena ada siklus harian," kata Sena.

Selain itu, fenomena lainnya adalah soal lapisan inversi di wilayah urban saat musim kemarau. Dia mengatakan fenomena itu menyebabkan kecenderungan udara lebih dingin di lapisan bawah.

(taa/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads