Sebanyak 26 Pengurus Badan Musyawarah Antar Gereja Lembaga Keagamaan Kristen Indonesia (BAMAG LKK) memenuhi ruang kerja Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid di Lt.7, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (9/8).
Kehadiran organisasi yang dipimpin oleh Agus Susanto kepada Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu untuk menyampaikan naskah usulan lampiran RUU RPJPN 2025 -2045. BAMAG LKK membentuk tim nasional yang berasal dari berbagai daerah dan lintas generasi untuk melahirkan naskah tersebut.
"Usulan yang diberikan BAMAG LKK untuk ikut memberi masukan dalam RUU RPJPN sangat penting," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (9/8/2023).
Pria kelahiran Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu menyebut banyak hal yang diusulkan oleh organisasi yang beralamat di Jakarta Barat itu, salah satunya adalah mendorong Indonesia menjadi mukjizat di dunia.
Menurutnya, sebagai negara yang mempunyai beragam potensi seharusnya Indonesia sudah seperti yang diharapkan oleh BAMAG LKK. Namun kenyataannya Indonesia belum sejajar dengan negara-negara maju.
"Untuk itu BAMAG LKK berharap dalam UU RPJPN ada dorongan untuk mempercepat Indonesia menjadi negara maju. Peluang tersebut sangat mungkin sebab ada banyak potensi di negeri ini," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usulan tersebut menurut Jazilul Fawaid akan diteruskan kepada Fraksi PKB di DPR. Menurutnya, di DPR ada mekanisme untuk menyerap usulan dari manapun. Setelah dipelajari selanjutnya akan dibahas bersama Pemerintah.
"Fraksi PKB terbuka menerima usulan apalagi yang memiliki kaitan dengan hal-hal yang sifarnya fundamental," paparnya.
Usulan yang disusun oleh banyak pendeta tersebut disebut oleh Jazilul sebagai penyempurnaan dari landasan-landasan pembangunan yang sudah ada. Misalnya, di Era Reformasi, agar Indonesia cepat maju adalah menyediakan anggaran sebesar 20 persen dalam APBN untuk pendidikan.
Hal ini dilakukan agar mempercepat kemajuan dan meningkatkan sumber daya manusia yang setinggi-tingginya. Dia meminta untuk mengecek berapa rasio jumlah sarjana di Indonesia dan dibandingkan dengan negara-negara maju.
"Sebenarnya kita sudah memiliki universitas, lembaga pendidikan dan pelatihan, yang tersebar namun belum optimal", ujarnya. "Nah masukan dari BAMAG LKK itu tujuannya adalah untuk mengoptimalkan yang ada," pungkasnya.
(akd/ega)