Gubernur Bali I Wayan Koster meresmikan penggunaan varietas marigold atau gemitir khas Bali berwarna oranye, kuning, emas, putih, dan merah di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Dia juga menyoroti benih gemitir yang diimpor dari Thailand senilai Rp 30 miliar per tahun.
"Ternyata dari hasil riset tim peneliti ini, itu (Gemitir) benihnya ini impor dari Thailand gitu," kata Koster di Tabanan, Selasa (8/8/2023).
Koster mengaku kaget karena benih gemitir harus diimpor. Padahal, menurut dia, pengembangan varietas baru gemitir bisa menguntungkan dari sisi ekonomi karena konsumsi bunga gemitir cukup tinggi.
"Dari Thailand, saya kaget, baru saya tau gemitir saja impor dari Thailand, gimana majunya bangsa ini, begini saja impor dari Thailand. Duren Bangkok, mangga Bangkok, Gemitir Bangkok, haduh," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak ahli pertanian. Dia mengaku akan berusaha menghentikan impor gemitir.
"Ini mana kita negara agraris, kita punya ahli pertanian masa kita ngimpor terus, ini kita pelan-pelan hentikan. Walaupun kita harus tarung dengan mafia impor, nggak pernah berhenti," jelasnya.
"Saya sebagai kepala daerah, saya melawan yang gitu-gitu, karena kita ingin memperkuat kehidupan ekonomi rakyat," sambung dia.
Koster menjelaskan, pengembangan benih Gemitir ternyata hanya butuh Rp 3 miliar. Sementara itu, kata Koster, impor tanaman yang sama menghabiskan biaya Rp 30 miliar per tahun.
"Omzet gemitir di Bali Rp 200 miliar. Kalau Galungan dan Kuningan harga per kilo Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu. Kalau normal Rp 10 ribu. Artinya, kita sudah bersiap-siap. Saya akan menghentikan impor benih dari Thailand. Ini pelajaran pertama dan kita akan memproduksi sendiri. Kalau bisa dari hulu sampai hilir," ungkapnya.
"Ternyata gemitir bisa buat teh, buat kue, bisa buat perawatan wajah. Jadi, bisa buat makanan, bahkan untuk lalapan. Saya coba bersama kepala dinas, saya makan benaran, biasa saja. Bagus juga buat lalapan, katanya bagus buat mata dan muka," imbuhnya.
Koster kemudian mengatakan pengembangan benih gemitir jenis baru berawal ketika dia mendampingi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menghadiri sebuah acara di Gianyar, Bali. Dekorasi acara saat itu menggunakan bunga gemitir dan Megawati pun menyanjung hiasan itu.
"Ibu Megawati, suatu saat saya mendampingi beliau di Gianyar, ada dekorasi bunga gemitir. Sambil jalan ke tempat acara, beliau melirik, kiri dan kanan, saya pikir beliau akan tanya. Benar saja beliau tanya, 'Koster ini dekorasi bagus, tetapi, kok ini kuning semua'. Saya bilang 'Nanti saya bikin merah'," kata Koster.
Dia menjelaskan pengembangan benih gemitir warna baru dilakukan selama tiga tahun. Kemudian, katanya, pengembangan itu menghasilkan varietas gemitir warna merah dan putih.
"Setelah ini jadi, ini kebahagiaan luar biasa. Pertama varietas bertambah, oranye, emas, merah, dan putih," ujar Koster.
Koster mengatakan masih ada pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan peneliti. PR itu ialah mempertahankan warna merah di bunga gemitir bisa permanen.
"Pekerjaan rumah lain dari para peneliti untuk menghasilkan benih gemitir yang bunganya berwarna hitam. Nggak perlu hitam banget, tetapi terlihat hitam," tuturnya.
Simak juga Video: Polda Bali Cek Kesiapan Personel dan Keamanan Jelang Pemilu 2024
(amw/haf)