Hesti Wulandari (61), warga Kelurahan Karanggeneng, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang merasakan manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk pengobatan kanker payudaranya. Hesti mengaku sudah selama satu setengah tahun merasakan kemudahan pengobatan dengan JKN.
Dia bercerita awal dari dirinya didiagnosis penyakit kanker adalah pada tahun 2021. Saat itu, dia menemukan benjolan di payudara kanannya, namun diabaikan. Beberapa bulan kemudian, dia mencoba melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dan benjolan tersebut sudah terasa lagi.
"Saat itu merasa cukup tenang saya, tapi kok di rasa-rasa setelah itu benjolannya ada lagi, justru ukurannya jauh lebih besar daripada yang sebelumnya. Karena merasa tak lazim, akhirnya saya memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke dokter," ungkap Hesti, dalam keterangan tertulis, Senin (7/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku alasan dirinya menemui dokter karena mulai merasakan nyeri meskipun sudah coba diatasi pengobatan-pengobatan herbal. Sayangnya benjolan tersebut tidak kunjung hilang dan dirinya merasa takut.
Hesti segera mendatangi puskesmas tempat dirinya terdaftar sebagai peserta JKN. Dia mengatakan prosesnya sangat mudah. Kemudian, dia dirujuk ke Rumah Sakit Hermina Banyumanik.
Saat itulah dia mengetahui ukuran benjolan di payudara sudah cukup besar. Karena itu, Hesti segera dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk penanganan yang lebih lengkap.
"Sampai di RSUP Dr. Kariadi Semarang, dokter langsung saja melakukan USG dan rontgen, diarahkanlah saya untuk operasi saat itu juga, karena ada indikasi keganasan dan saya dipastikan kanker payudara stadium tiga," paparnya.
Ia mengaku was-was, apalagi dia menyadari ibunya merupakan penyintas penyakit kanker payudara, yang juga bersifat genetik. Padahal sejak muda sampai sebelum terdiagnosa kanker payudara stadium tiga, tubuhnya tidak pernah memunculkan gejala apapun.
Saat ini Hesti harus mengikhlaskan payudaranya diangkat sebagian dan perlu menyelesaikan enam rangkaian sesi kemoterapi yang sudah dijadwalkan.Menurutnya terdiagnosa menderita kanker payudara bukan perkara yang mudah diterima.
Apalagi dia menilai bukan hanya dirinya, banyak penyintas kanker lainnya juga merasakan kesedihan, ketakutan, hingga kehilangan semangat dan harapan untuk sembuh selama menjalani pengobatan.
Kendati demikian, Hesti yakin bukan berarti penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Pasien kanker bisa sembuh dan mengubah statusnya dari warrior/fighter menjadi survivor kanker. Di balik kesulitan tentu ada kemudahan, itu pula yang dialami Hesti. Berkat program JKN dirinya juga bisa menjalani operasi.
Hesti merasa beruntung meski sang suami telah pensiun sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), ia masih menerima manfaat jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Dirinya kini terdaftar pada hak perawatan kelas 1, Meski saat itu kamar rawat inap penuh ternyata dia bisa menjadi pasien titipan di kelas VVIP.
"Dijelaskan oleh perawat, memang kamar rawat inap sedang penuh, saya dititipkan satu kelas lebih tinggi sampai ada kamar kosong sesuai hak saya. Alhamdulillah rumah sakit sangat profesional dan saya tidak dikenakan iuran biaya sama sekali," jelasnya.
Seluruh proses administrasi mulai dari pendaftaran sampai konsultasi dokter, Hesti mengungkapkan sangat cepat. Apalagi saat ini program JKN sudah mengakomodir pendaftaran online yang sangat memudahkan dirinya dan keluarga untuk menjalani program pengobatan.
"Saya sangat bersyukur sekali, sakit seperti ini kan kalau bayar sendiri membutuhkan biaya yang sangat besar. Sedangkan kami sudah pensiun. Pendapatan sudah tidak sebanyak sebelumnya, alhamdulillah kami terdaftar sebagai Peserta JKN," sambungnya.
Karena itu, Hesti berharap Program JKN semakin sukses dalam mengabdi dan melayani seluruh masyarakat di Indonesia.
Simak juga 'Peluncuran I-Care JKN, Permudah Layanan Kesehatan di BPJS Kesehatan':