Komisaris Transmedia Ishadi SK (Soetopo Kartosapoetro) akan meluncurkan biografinya yang bertajuk 'Broadcaster Empat Zaman' di aula Bank Mega, Rabu (26/7/2023) siang ini. Buku yang ditulis wartawan senior Jimmy Stephanus Harianto itu diterbitkan dalam rangka ulang tahun ke-80 Ishadi pada 30 April lalu.
Sejumlah tokoh, seperti mantan Menteri BUMN Tanri Abeng dan Dahlan Iskan, budayawan Emha Ainun Nadjib dan Butet Kartaredjasa, Desi Anwar, dan Najwa Shihab memberikan testimoni dalam buku terbitan Kompas itu.
Ishadi memulai kariernya di TVRI sebagai reporter berita begitu lulus dari FISIP UI pada 1967. Dia tak cuma mewawancarai banyak tokoh penting pada masanya, tapi juga melahirkan program-program siaran bermutu. Nama Ishadi mulai diperhitungkan dan disegani ketika menjalani 'masa hukuman' dengan kreativitas yang cemerlang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ishadi SK, Tetap Nakal di Usia 80 Tahun |
Pada 1985-1987, lelaki kelahiran Majene, 30 April 1947, itu dimutasi dari TVRI pusat Jakarta untuk memimpin Stasiun TVRI di Yogyakarta. Sementara sebelumnya kinerja stasiun ini tergolong buruk dan tak diperhitungkan, dalam tempo dua tahun Ishadi membaliknya 180 derajat. Kemampuannya bergaul dan sikapnya yang rendah hati membuat dia tak sungkan untuk meminta masukan dan kritik kepada para budayawan, seniman, akademisi, dan kawula muda di Yogyakarta.
Ishadi sowan kepada pelukis Affandi, intelektual Umar Kayam, hingga Bagong Kussudiardja. Hasilnya kemudian lahir program-program yang terkait kesenian tradisional yang digemari masyarakat Jogja. Juga program berkelas lainnya seperti "Profil Budayawan", "Khazanah Dunia Pustaka", dan program khusus anak-anak muda seperti "Tanah Merdeka".
"Hal paling penting yang dilakukan Ishadi SK adalah menghancurkan citra feodalistik TVRI," kata seniman dan mantan wartawan Butet Kartaredjasa dalam buku ini.
Pandangan senada disampaikan budayawan Emha Ainun Nadjib. Kalau ada orang yang paling berjasa pada televisi Indonesia sebagai entitas yang lengkap, bukan sebagai industri, kata dia, orang itu adalah Ishadi SK. "Dia panembahannya televisi Indonesia," tegas Emha.
Televisi bagi Ishadi bukan industri, tapi sebagai media silaturahmi. Setiap program yang ditayangkan punya nilai kebudayaan untuk perbaikan kemanusiaan. "Bukan hanya soal payu (laku) dan ora payu (tak laku)," imbuhnya.
Tak aneh bila hingga kini, kata wartawan senior Suryopratomo, Ishadi sangat dihormati oleh kalangan dunia pertelevisian. "Bukan karena senioritasnya, tapi lebih karena karya-karyanya di industri televisi," tegasnya.
Selepas dari TVRI, Ishadi SK, yang mendapatkan gelar master of science dari Ohio University, AS, berkarier di Televisi Pendidikan Indonesia milik Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut). Di awal reformasi, dia bersama pengusaha Chairul Tanjung (CT) membangun Trans TV. Bahkan kini, televisi yang dikelola Ishadi dan CT sudah bertambah dengan Trans7, CNN, dan CNBC.
Tonton juga Video: Uji Kompetensi Wartawan, Ishadi SK: Dipercaya Penonton-Berkualitas