Sejumlah tokoh lintas agama menghadiri undangan dari pimpinan PKS di Sulawesi Utara untuk bersilaturahmi keumatan dan kebangsaan dengan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) di Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (24/7) malam. Acara itu dihadiri pendeta, ulama, aktivis perempuan, budayawan, dan organisasi kemasyarakatan.
Di antara yang hadir, ada pendeta Ketua Umum DPP Laskar Manguni Indonesia dan Pimpinan Gereja Bethel Pendeta Hanny Pantouw, Pimpinan Gereja Pantekosta Pendeta Enny JA Umbas, Pendeta Hendra Hotong, Ketua MUI Manado KH Yaser Salim Bachmid, Ketua Aisyiyah Sulut Dr. Nenden Herawatiy, PW Muslimat NU Sarce Mokoginta, budayawan Reiner Ointu, dan tokoh masyarakat lainnya.
Hidayat Nur Wahid menjelaskan agenda silaturahmi bertemu dengan tokoh lintas organisasi dan lintas Agama ini kembali dilakukan dirinya bersama PKS, karena itu memang visi dan laku politik yang selama ini dikerjakan PKS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baik silaturahim keumatan yang bertemu atau mempertemukan tokoh-tokoh ormas keagamaan dari berbagai latar belakang, maupun silaturahim kebangsaan yang bertemu atau mempertemukan tokoh-tokoh masyarakat maupun partai politik yang beragam-ragam. Tujuannya menguatkan silaturahmi keumatan dan memperkuat persatuan bangsa, menjaga dan melestarikan NKRI, hasil perjuangan bersama, agar bisa diwariskan kepada generasi muda pelanjut kehidupan bangsa," jelas Hidayat yang juga menjabat Wakil Ketua Majelis Syura PKS.
Hidayat menyatakan pertemuan tersebut bertujuan memperkuat ikatan kebangsaan antar berbagai golongan. Ia pun mengulas kiprah tokoh nasional asal Sulawesi Utara, yaitu Alexander Andries Maramis yang lebih dikenal sebagai A.A. Maramis sebagai tokoh muda yang ikut mempersiapkan proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945.
"A.A. Maramis adalah salah seorang pendiri bangsa bersama tokoh-tokoh kebangsaan dan keagamaan lain yang merumuskan dasar dan tujuan negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pertemuan kita malam ini untuk memperkuat ikatan kebangsaan yang sudah dirintis Pendiri Bangsa, dan menyegarkan komitmen kita menjaga NKRI untuk diwariskan kepada generasi milenial/generasi Z yang akan memperingati 100 tahun Indonesia Merdeka pada tahun 2045 yang akan datang," papar Hidayat.
Pendeta Perempuan Enny J.A. Umbas yang memimpin 300-an Gereja Pantekosta di Sulawesi Utara bercerita pengalamannya ketika mengadvokasi permasalahan di kalangan umat Nasrani yang belum terpenuhi hak kesejahteraannya. Namun, selama berbulan-bulan mengadu ke Walikota atau DPRD Kota Manado tak ada hasil.
"Akhirnya ada satu anggota DPRD Kota Manado yang mau menerima kami, hanya satu orang itu saja. Yang lainnya menolak. Beliau Itu adalah Ibu Nur Amalia dari Fraksi PKS di DPRD kota Manado. Meskipun berbeda agama, anggota DPRD dari FPKS itu ternyata siap memperjuangkan kepentingan warga nasrani. Kami salut dan berterima kasih," ungkap Pendeta Enny yang disambut tepuk tangan hadirin.
Para tokoh lintas agama menyambut positif wacana Hidayat yang inspiratif dan konstruktif. Mereka sepakat pentingnya dialog dan silaturahmi yang mempertemukan tokoh dari beragam latar belakang termasuk latar keagamaan yang beragam.
"Pertemuan ini istimewa karena yang mengundang tokoh PKS, Hidayat Nur Wahid, yang dikenal rekam jejaknya sebagai tokoh politik yang akademisi dan negarawan. Terus terang selama ini PKS kadang masih dipersepsi oleh sebagian orang sebagai anti-NKRI, namun dari rekam jejak Pak Hidayat, apalagi yang tadi secara terbuka disampaikan, jelas sekali PKS pro-NKRI, bahkan membela NKRI misalnya dengan menolak separatisme di Papua maupun intervensi asing di wilayah kedaulatan hukum RI di laut Natuna Utara, sebagaimana juga terpahami dari tema silaturahim kita tokoh-tokoh lintas Agama di Sulut, yaitu Menjaga dan Menguatkan NKRI," ungkap Pendeta Hanny Pantouw yang memimpin 500an Gereja Bethel di Sulawesi Utara.
Sebagai pimpinan Laskar Manguni, Hanny menyatakan bahwa dirinya berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat, termasuk komunitas muslim. Salah satu mitra dialog LMI adalah tokoh-tokoh MUI. Hal itu dibenarkan oleh KH Yaser Salim Bachmid.
"Selaku Ketua MUI kami membuka diri untuk berdialog dengan para tokoh dari latar belakang agama manapun. Termasuk dengan Pendeta Hanny, kami bekerja sama untuk membina umat masing-masing dan menjembatani perbedaan yang ada, guna menjaga harmoni dan kerukunan yang berdampak pada penguatan kehidupan berbangsa dalam NKRI. Banyak masalah yang bisa kita pecahkan dengan dialog. Karenanya kami berdua antusias hadiri undangan PKS untuk silaturahmi dengan Ustadz Hidayat," papar KH Yaser.
Di akhir acara, Pendeta Hanny mendorong agar PKS dapat mengirimkan satu orang anggotanya sebagai wakil rakyat Sulut untuk menjadi anggota DPR RI. Aspirasi itu disambut pengurus DPW PKS Sulut Iswan Dama dan seluruh jajaran. Tokoh PKS Sulut, Syarifuddin Saafa, yang pernah menjadi calon Wakil Wali Kota Manado diusulkan sebagai calon wakil rakyat Sulut.
Hidayat pun merespon positif usulan tersebut. Hidayat juga menyatakan siap menyambut apabila tokoh dari Sulut hendak berkunjung ke DPR/MPR guna menyampaikan aspirasinya ke Jakarta.
"Agar ada anggota DPR dari PKS mewakili Sulawesi Utara, supaya pembelaan kepada seluruh warga Sulut dapat dilakukan secara lebih massif dan komprehensif di DPR RI," ujar Hidayat.
(akd/ega)