Hilang Minder Catar Akpol Anak Kuli Bangunan Usai Disemangati 2 Jenderal

Hilang Minder Catar Akpol Anak Kuli Bangunan Usai Disemangati 2 Jenderal

Audrey Santoso - detikNews
Selasa, 25 Jul 2023 06:26 WIB
Calon taruna Akademi Kepolisian (Akpol) asal Bangka, Babel, Adnan Kasweri (19).
Foto: Calon taruna Akademi Kepolisian (Akpol) asal Bangka, Babel, Adnan Kasweri (19). (Audrey/detikcom)
Jakarta -

Adnan Kasweri (19), mengaku rasa minder di masa-masa Seleksi Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) 2023 luntur, usai disapa dua perwira tinggi Polri. Dua jenderal Polri tersebut bertemu Adnan saat tahap pemeriksaan penampilan (rikpil).

"Saat rikpil ditanya Pak As SDM (Irjen Dedi Prasetyo), dan Pak Kadiv Propam (Irjen Syahardiantono)," kata Weri, sapaan akrabnya, kepada detikcom, Senin (24/7/2023).

Anak dari seorang kuli bangunan di Bangka, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ini menceritakan, Irjen Syahardiantono awalnya menanyakan proses Weri masuk Akpol. Syahardiantono bertanya apakah Weri pernah membayar atau dimintai uang selama mengikuti seleksi masuk Akpol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ditanya soal 'Ada nggak yang pungut biaya di panitia daerah? Saya bilang, 'nggak ada'," ucap Weri menirukan percakapannya dengan Syahardiantono.

Weri menceritakan, Syahardiantono kemudian menanyakan pekerjaan orang tuanya. Weri menjawab ayahnya bekerja sebagai buruh harian.

ADVERTISEMENT

"Lalu katanya (Syahardiantono kepada Weri), semangat terus, jangan minder kalau orang tua kerja sebagai buruh harian. Kata Kadiv Propam jangan minder karena sama-sama makan nasi," ucap Weri.

Senada dengan Syahardiantono, lanjut Weri, Dedi Prasetyo juga turut menyemangatinya. Di hadapan Dedi, Weri lalu menunjukan bakatnya di bidang olahraga voli.

"Pak As SDM sama, intinya menyemangati. Lalu saya diminta tunjukan bakat saya. Saya hobi main voli, jadi saya tunjukin cara service, smash bola voli," ujar anak kedua dari empat bersaudara ini.

Weri mengungkapkan, nasihat dan semangat yang diberikan Irjen Syahardiantono dan Irjen Dedi Prasetyo membuat rasa mindernya hilang. Dengan dirinya yang masuk seleksi akhir Akpol dan semangat dari kedua jenderal Polri tersebut, Weri semakin yakin latar belakang keluarga bukan menjadi kendala dirinya mewujudkan cita-cita sebagai perwira polisi.

"Apa yang disampaikan Pak Kadiv Propam, Pak As SDM jadi pemicu saya lebih semangat lagi. Awal-awal datang memang ada rasa minder, tapi teman di sini juga semangatin sih," tutur dia.

"Nilai tahun lalu Psikologi saya 67, Jasmani saya 79. Akhirnya persiapan tahun ini saya belajar lagi materi-materi soal di internet dan ikut les psikologi di website yang Rp 100 ribu selama beberapa bulan. Alhamdulillah sekarang Psikologi saya 73, Jasmani 90 karena saya latihan olahraga sama guru SD," sambung Weri.

Weri menceritakan hidupnya berasal dari keluarga sangat sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh harian lepas, terkadang kuli bangunan, terkadang menggarap kebun di tanah peninggalan sang kakek.

"Ayah saya bekerja sebagai buruh harian lepas kerja, sebagai kuli bangunan, karena pernah kecelakaan saat saya duduk di bangku SD, saat itu kakinya patah. Karena kondisinya kurang prima, akhirnya kerjanya kurang. Lalu beralih sekarang berkebun di tanah warisan kakek, kebun rempah.

Ibu Weri hanyalah ibu rumah tangga biasa. Sebelum pandemi COVID-19 melanda, ibunya masih membantu sang ayah mencari rezeki dari berjualan baju keliling.

"Ibu saya ibu rumah tangga. Sebelum COVID jual pakaian, datang ke rumah orang-orang, jadi kalau ada yang mau pesen model baju, ibu cariin di pasar. Tapi karena COVID, modalnya nggak muter lagi," ungkap Weri.

Sementara kakak laki-lakinya adalah petugas siram taman sekaligus petugas kebersihan di stadion dekat rumahnya. "Kakak yang pertama nyiram dan bersih-bersih di stadion," sambung Weri.

Hari ini, Senin (24/7), Weri dinyatakan lolos Seleksi Akpol. Kepada detikcom, Weri mengatakan akan selalu menjadikan ucapan Syahardiantono dan Dedi Prasetyo sebagai motivasi.

"Kemarin saya hanya (jawab) 'siap, siap' saja. Tapi kalau bisa menjawab lagi, sebenarnya saya mau bilang, 'Terima kasih, Pak. Karena support Bapak saya bisa semakin semangat, pikiran minder saya hilang," tutur Weri.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Lihat juga Video: Baku Hantam Antar Taruna Kemenhub Viral di Medsos

[Gambas:Video 20detik]



Pilih Akpol karena Sekolah Gratis

Weri mengaku awal tahu Akpol adalah saat lulus dari SMP. Ketika hendak masuk SMA, Weri sudah mengambil ancang-ancang hendak melanjutkan pendidikan ke mana setelahnya.

Weri lalu mendengar soal Akpol yang menyediakan pendidikan gratis bagi yang lolos seleksi. Dia lalu menyatakan ingin ikut seleksi Akpol, saat ayahnya menanyakan rencana pendidikannya usai lulus SMA.

"Mengenal Akpol ini pada saat lulus SMP. Saya dengar Akpol sekolahnya gratis, dipilih dengan seleksinya dan prosesnya gratis. Ayah cuma tanya saya, 'Weri, kedepannya mau gimana?', (Weri menjawab) 'Saya mau jadi polisi'," ungkap Weri.

Dia tak menampik isu-isu tak sedap seputar rekrutmen calon polisi pun terdengar sampai ke telinganya. Namun, Weri justru tertantang membuktikan benar atau tidaknya isu itu.

"Pasti dengar (isu negatif soal seleksi anggota Polri). Tapi saya tetap ingin mencoba, mungkin biaya yang dikeluarkan hanya untuk administrasi fotokopi, cek kesehatan, paling kemarin habis Rp 300 ribuan karena fotokopian-nya empat rangkap. Selain itu tidak ada," kata Weri.

Weri Sempat Gagal Masuk Akpol di 2022

Weri menceritakan tahun ini adalah kali keduanya mengikuti rekrutmen taruna Akpol. Di tahun pertama Weri tak sampai lolos ke babak akhir karena kuota catar yang dikirim Polda Babel ke Akpol hanya untuk catar yang ranking 1 sampai 5.

"Saya ngikut di tes Akpol ini tahun kedua. Pada tahun pertama saya gugur. Saya lulus tidak terpilih di pantukhir daerah, di mana yang berangkat 5 catar, saya ranking 6, pas garis merah, nyaris," ujar dia

Weri mengaku niatnya mencoba lagi rekrutmen Akpol didukung sang ayah. Ayahnya, lanjut Weri, meminta dirinya fokus berusaha.

"Ayah ngomong, 'Weri kan mau jadi polisi, Weri nggak usah mikir, urusan uang Bapak yang cari. Asal serius, jangan main-main, fokus saja tes'," ucap Weri menirukan pesan ayahnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads