Jefri 3 Kali Ikut Seleksi Akpol demi Cita-cita Jadi Perwira Polri

Jefri 3 Kali Ikut Seleksi Akpol demi Cita-cita Jadi Perwira Polri

Audrey Santoso - detikNews
Senin, 24 Jul 2023 11:59 WIB
Jefri Budiartono
Jefri Budiartono (Foto: Audrey Santoso/detikcom)
Jakarta -

Dua kali gagal masuk Akademi Kepolisian (Akpol) tak menyurutkan tekad Jefri Budiartono menggapai cita-cita menjadi perwira Polri. Pemuda 20 tahun kelahiran Majalengka ini mengatakan cita-citanya makin bulat untuk jadi perwira polisi setelah ikut study tour ke Akpol dan melihat almunus SMA 1 Kota Serang, tempatnya menimba ilmu, menjadi taruna.

"Saya mau jadi polisi memang dari kecil. Kata ibu waktu saya baru bisa bicara, ditanya, 'Cita-citamu mau jadi apa?', saya bilang, 'Pici (polisi). Saya baru tahu Akpol ini waktu SMA, ada study tour ke sini, saya termotivasi liat taruna-taruna yang dulunya lulusan SMA saya. Jadi saya tekad mendaftar Akpol," jelas Jefri kepada detikcom di Akpol, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (22/7/2023).

Ketika sudah mengikuti rangkaian seleksi masih Akpol, Jefri kini mempunyai cita-cita yang lebih mendalam. Dia ingin menjadi personel Propam Polri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ingin menjadi anggota Polri karena saya melihat Polri masih bisa diperbaiki. Misalnya ada oknum-oknum itu, saya ingin bisa merubah budayanya," kata dia.

"Saya mau jadi Propam. Karena polisinya polisi. Jadi mereka jadi suri tauladan para polisi. Saya karena sering tes, jadi lihat sekitar, lihat ruangan-ruangan, ada ruangan Propam ada Paminal, Provos, Wabprof," imbuh Jefri.

ADVERTISEMENT

Jefri menaruh harapan besar tahun ini dirinya lolos seleksi Akpol. Di tahun pertama, Jefri mengatakan dia tak lolos karena rankingnya di atas jumlah kuota yang telah ditentukan panitia rekrutmen Akpol.

"Yang pertama saya gagal karena ranking 8, tapi yang diambil cuma tiga dari Banten. Tahun kemarin alhamdulillah saya ke Pusat, tapi saya gagal di pantukhir (panitia penentuan akhir), yang diambil 3, saya (peringkat) keempat," tutur dia.

Tahun ini, Jefri mengaku sudah belajar dari kekurangannya di dua tahun pertama seleksi Akpol. Tahun ini dia merasa unggul karena nilai akhir ujian jasmaninya menyentuh angka 91,5.

"Saya punya persiapan sendiri di tahun ini, tahun ini saya latihan lagi. Kemarin terakhir jasmani di Pusat ini alhamdulillah 7 putaran lebih 280 meter, nilai akhir jasmani 91,5," ucap Jefri.

Dari sisi akademis, Jefri mengatakan selalu menjadi juara kelas. "Di SD ranking 1 terus, SMP ranking 1 juara umum, SMA 3 besar di SMA 1 Kota Serang," lanjut dia.

Tahun lalu, saat gagal seleksi di tingkat Pusat, dia sempat ditawari menjadi Bintara Polri. Ayahnya pun menyerahkan keputusan pada Jefri.

"Ketika saya gagal kemarin-kemarin, saya ditawarin jadi Bintara Polri. Ayah sebenarnya sudah bilang, 'Nggak apa-apa, kalau lelah tes Akpol lagi, Bintara saja'," kata Jefri.

Namun karena usianya masih memenuhi persyaratan seleksi Akpol, Jefri menolak tawaran direkrut menjadi Bintara Polri. Pun Sang Ayah, lanjutnya, menyanggupi membiayai operasionalnya saat mempersiapkan syarat administrasi dan transportasi ke Polda Banten.

"Tapi saya tetap mau jadi Akpol, keinginan sendiri. Saya tanya ke orang tua, 'Ada nggak untuk biayanya? Karena kan harus fotokopi persyaratan administrasi, itu bisa Rp 300 ribu-an, belum transportasi dari rumah ke tempat tes, harus isi bensin ke mana-mana. Untung sekarang bisa nanya-nanya (ke panitia) lewat WA," ceritanya.

"Ayah bilang sanggup membiayai, ya sudah saya coba Akpol lagi, sekalian penghabisan umur istilahnya. Ayah bilang, 'Ya silakan'. Alhamdulillah di (seleksi) tingkat panda (panitia daerah) kemarin ranking 1. Saya lalu berdoa, minta restu orang tua, 'Relakan saya jadi milik negara Yah, Bu. Meskipun saya anak satu-satunya'," cerita Jefri.

Baca halaman selanjutnya.

Mohon Restu, Cuci Kaki Ibu

Selain memperjuangkan cita-cita sejak kecil, Jefri mengatakan tes Akpol adalah upayanya membanggakan kedua orang tua. Ayah dan ibunya hanyalah lulusan sekolah dasar (SD).

"Ayah berjualan cilok keliling yang isinya lemak sapi, yang bumbu-bumbunya itu saos kacang, bumbu balado di Serang, Banten. (Pada) 2001, ayah dari Majalengka merantau sama ibu," ujar Jefri.

Meski terus tersenyum, namun Jefri tak bisa menyembunyikan harunya saat membicarakan sosok kedua orang tuanya. Dia menceritakan momen setiap dirinya meminta restu mengikuti taruna Akpol. Momen itu, sebut Jefri, menjadi tradisi baginya.

"Saya itu punya tradisi sendiri, sebelum saya berjuang saya cucu kaki ibu saya. Pakai baskom, air dicuci ke kaki ibu. Saya bersihin. Ini juga motivasi saya di Akpol, kalau saya harus ingat masih ada ortu yang harus saya banggakan," cerita Jefri dengan air mata tertahan.

Bukan tanpa sebab Jefri merasakan haru tiap kali membahas kedua orang tuanya. Dia mengaku selalu teringiang pesan ayahnya.

"Saya anak satu-satunya, semata wayang. Jadi, saya satu-satunya harapan orang tua saya. Orang tua pesannya, mereka ini kan lulus hanya SD. Ayah pernah bilang, 'Kamu jangan sampai kaya Ayah ya. Harus ada yang jadi orang di keluarga kita'," tutur Jefri.

Dia lalu mengatakan, jika Allah berkehendak dirinya menjadi perwira Polri. Inspirasinya adalah sosok Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso.

"Saya terinspirasi mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Jenderal Hoegeng polisi yang berani dan jujur. Cita-cita saya menjadi polisi yang jujur, ketika nanti menjadi anggota Polri," ungkap dia.

Halaman 2 dari 2
(aud/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads