Hari Bhakti ke-76 TNI AU 2023: Tema, Logo dan Sejarah

Hari Bhakti ke-76 TNI AU 2023: Tema, Logo dan Sejarah

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Selasa, 18 Jul 2023 14:24 WIB
Ilustrasi TNI AU
Ilustrasi TNI AU (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta -

Setiap tanggal 29 Juli, TNI Angkatan Udara (TNI AU) memperingati Hari Bhakti TNI AU. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang dua peristiwa penting, yaitu serangan udara TNI AU terhadap daerah pendudukan Belanda serta gugurnya tiga perintis TNI AU.

Tahun ini, Hari Bhakti TNI AU adalah peringatan ke-76. Yuk, simak sejarah di balik peringatan Hari Bhakti TNI AU 2023.

Tema dan Logo Hari Bhakti TNI AU 2023

Dilansir situs resmi TNI AU, Hari Bhakti ke-76 TNI AU mengusung tema "Dengan semangat jiwa patriot Hari Bhakti 29 Juli 1947, TNI AU bertekad untuk semakin profesional, modern dan tangguh sebagai angkatan udara yang disegani di kawasan".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Logo Hari Bhakti ke-76 TNI AU dapat diunduh di sini. Berikut bentuk logonya.

ADVERTISEMENT
Logo Hari Bhakti ke-76 TNI AULogo Hari Bhakti ke-76 TNI AU (Foto: Situs TNI AU)

Sejarah Hari Bhakti TNI AU: Serangan Udara TNI ke Pendudukan Belanda

Hari Bhakti TNI AU diperingati setiap tahun pada tanggal 29 Juli. Mengutip dari situs resmi TNI AU, dua peristiwa penting melatar belakangi peringatan Hari Bhakti TNI AU.

Berawal dari perjanjian Linggarjati yang merupakan usaha untuk menuju penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda, tetapi Belanda mengingkarinya. Belanda secara sepihak memutuskan hubungan diplomatik dan mengambil tindakan militer, yaitu dengan mengadakan serangan serempak ke daerah Republik Indonesia pada 21 Juli 1947 yang dikenal dengan Agresi Belanda I.

Belanda melancarkan serangan besar-besaran ke berbagai wilayah Indonesia, termasuk beberapa pangkalan udara. Sasaran utama Belanda adalah Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta, sebab dianggap sebagai pusat kekuatan udara RI.

Namun, karena cuaca buruk, serangan tersebut gagal dan Belanda mengalihkan ke pangkalan udara lain, seperti Pangkalan Udara Panasan Solo, Maospati Madiun, Bugis Malang, Pandanwangi Lumajang, Gorda Banten, Kalijati Subang, dan Cibeureum Tasikmalaya. Adapun, pangkalan udara di luar Jawa yang diserang Belanda adalah Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi, Sumatera Barat.

Aksi Militer Pertama Belanda itu menimbulkan kemarahan pimpinan TNI AU saat itu. Kemudian, mereka berupaya menyusun kekuatan dan strategi untuk mengadakan serangan udara balasan ke wilayah yang di duduki Belanda.

Tanggal 28 Juli 1947 sekitar pukul 19.00, empat kadet penerbang Suharnoko Harbani, Sutardjo Sigit, Mulyono dan Bambang Saptoadji diperintahkan menghadap Kasau Komodor Udara Suryadi Suryadarma dan Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma. Panggilan rahasia ini menyangkut rencana operasi udara yang ditugaskan kepada empat kadet penerbang tersebut untuk menyerang kedudukan Belanda.

Pelaksanaan operasi itu tidak semata-mata berupa perintah, tetapi lebih bersifat suka rela. Tidak seorang pun dari keempat kadet itu mundur dari tugas tersebut.

Pada 29 Juli 1947 pukul 05.00 pagi, TNI AU melakukan operasi udara ke kubu militer Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Tiga pesawat AURI yang terdiri dari pesawat Guntei dan dua pesawat terbang Churen take off secara berurutan di lapangan terbang Maguwo.

Pesawat Guntei yang diterbangkan oleh Mulyono dan Dulrachman sebagai "air-gunner" terbang terlebih dahulu, sedangkan pesawat Churen yang dikemudikan oleh Sutardjo Sigit yang dibantu Sutardjo menyusul sebagai "air-gunner". Selanjutnya, Suharnoko Harbani dengan Kaput juga menggunakan pesawat Churen merupakan pesawat yang terakhir mengangkasa.

Setelah mengadakan pengoboman di tiga kota itu, sebelum jam 6 pagi, ketiga pesawat sudah mendarat kembali dengan selamat di Pangkalan Udara Maguwo.

Serangan yang dilancarkan di pagi buta itu menghancurkan kubu pertahanan Belanda juga menurunkan mental dan semangat pasukannya. Untuk mengembalikan semangat tempur tersebut, Belanda melancarkan serangan balasan dan tidak mengindahkan lagi aturan perang.

Mengapa tanggal 29 Juli ditetapkan sebagai Hari Bhakti TNI AU? Cek di halaman selanjutnya.

Simak juga 'Saat Menhan Prabowo Serahkan Pesawat Super Hercules C-130J ke TNI AU':

[Gambas:Video 20detik]



Sejarah Hari Bhakti TNI AU: Pelopor TNI AU Gugur

Serangan pagi buta yang dilancarkan TNI AU kemudian dibalas oleh Belanda. Pada sore harinya, dua pesawat pemburu Belanda P-40 Kitty Hawk menembak Pesawat Dakota VT-CLA, yang membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya kepada Palang Merah Indonesia.

Pesawat Dakota VT-CLA yang diterbangkan oleh Alexander Noel Constantine bersiap-siap hendak mendarat di lapangan terbang Maguwo. Saat roda-roda pendaratan keluar, tiba-tiba muncul dua pesawat P-40 Kitty Hawk dan menyerang dengan berondongan peluru.

Akibatnya, pesawat Dakota VT-CLA oleng karena mesin sebelah kiri terkena tembakan. Pesawat itu jatuh di pematang sawah di desa Ngoto, Bantul sebelah selatan kota Yogyakarta.

Akibat peristiwa tersebut, seluruh awak dan penumpang lainnya gugur. Mereka yang gugur adalah:

  • Alexander Noel Costantine (pilot kebangsaan Australia)
  • Ny. A.N. Constantine, Roy Hazelhurst (co pilot)
  • Bhida Ram (juru tehnik)
  • Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh
  • Komodor Muda Udara A. Adisutjipto
  • Opsir Muda Udara Adi Soemarmo Wirjokusumo, Zainal Arifin.

Satu-satunya penumpang yang selamat adalah Abdulgani Handonotjokro. Gugurnya para tokoh TNI AU saat itu menjadi bukti dan bhakti pengabdian yang diberikan TNI AU kepada bangsa dan negara.

Penetapan Hari Bhakti TNI AU

Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor: Skep/78/VII/2000 tanggal 17 Juli 2000, Monumen Ngoto sebagai tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA diresmikan menjadi Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara. Bersamaan dengan peresmian monumen tersebut, kerangka jenazah Marsda TNI (Anumerta) A. Adisutjipto dan Marsda TNI (Anumerta) Abdulrachman Saleh beserta istri dipindahkan dari Tempat Pemakaman Umum Kuncen, Yogyakarta ke Monumen Perjuangan TNI AU, Ngoto, Yogyakarta.

Sejak tahun 1955, 29 Juli diperingati sebagai "Hari Berkabung" AURI untuk mengenang peristiwa gugurnya para tokoh dan perintis Angkatan Udara. Lalu, pada tanggal 29 Juli 1962, diubah menjadi Hari Bhakti TNI AU.

Halaman 2 dari 2
(kny/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads