Pencemaran lingkungan akibat kotoran sapi dari peternakan di Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan, berdampak terhadap kegiatan majelis taklim sekitar. Jemaah yang hadir di lokasi pengajian sampai menebar minyak wangi ke sekitaran tempat majelis taklim.
Salah satu warga RT 7 peserta kajian di majelis taklim Nurul Islam mencium bau menyengat dari limbah kotoran sapi. Dia merasa bau ini sangat mengganggu warga yang hendak menunaikan salat dan pengajian di majelis taklim. Bau tersebut sering kali muncul pada waktu pagi hari.
"Kita majelis taklim di sini suka kebauan, jadi terganggu. Yang dulu-dulu memang sudah banyak yang komplain. Kalau saya lagi ngaji pagi, suka lewat, pada kebauan," ungkap salah satu warga RT 7 RW 5 Kelurahan Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, kepada detikcom, Selasa (4/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan kita suka Subuh-subuh suka ada pengajian di sini. Nah, pas banget lagi bau-baunya kena, mungkin sapi-sapinya lagi dimandiin ya. Pagi-pagi jam enamlah. Jadinya baunya menyengat," sambung warga ini, memilih untuk tidak ditulis namanya demi alasan keamanan dan privasinya sebagai penduduk setempat.
Warga RT 7 tersebut mengatakan bau menyengat yang muncul pada pagi hari itu mengganggu jemaah yang hendak salat. Saking menyengat baunya, katanya, warga sampai harus menebar minyak wangi di sekitar majelis taklim.
"Jemaah kan kadang sampai keluar-keluar yang salat pagi-pagi itu. Sampe ustaz bilang, 'Mana nih minyak, minyak wangi, atau nggak apaan dah (yang bisa mengusir bau).' Maksudnya biar nggak terhirup (bau kotoran sapi)," tambahnya.
Marbut majelis taklim, Dayat, mengiyakan soal bau tak sedap yang muncul akibat limbah kotoran sapi tersebut. Bau tersebut ia siasati dengan minyak wangi yang disebar di sekitar majelis taklim.
"Biar nggak bau, kadang kalau ada kegiatan, dikasih minyak wangi gitu, minyak wanginya disebar gitu biar nggak bau, atau dikasih karbol," imbuh Dayat.
![]() |
Dayat menambahkan, seharusnya saluran limbah sapi dengan saluran air hujan tidak digabung. Sebab, jika digabung, katanya, baunya akan tetap menyengat.
"Lebih baik dipisah saja salurannya. Dibikin punya saluran sapi sendiri," pungkasnya.
Sebelumnya, detikcom telah mewawancarai pemilik peternakan sapi di Cikoko ini, yakni Burhan. Dia sudah diminta Kelurahan Cikoko untuk mengumpulkan limbah padat dan kemudian pihak kelurahan akan mengangkut limbah padat itu. Setiap bulan, ada 150 karung limbah padat kotoran sapi yang harus diangkut ke tempat pembuangan.
Namun, di sisi lain, ada limbah cair dari peternakan ini. Burhan meminta agar got diperlebar supaya cairan kotoran sapi tidak meluap, kondisi yang sering dialami Burhan dan warga setempat.
![]() |
"Diperlebar, kalau menurut saya diperlebar saja, dengan got yang ada ini diperbarui. Yang sekarang gitu yang model U itu kan agak dalam dia sekitar 50 cm ada kalau saya lihat. Diperdalam, diukur dari titik rumah saya sampai ke kali, yang terendah. Jadi biar lancar, jadi nggak ada genangan air," kata Burhan di lokasi, Sabtu (1/7) kemarin.
Catatan: Berita ini mengalami perubahan judul setelah redaksi mendapat informasi lebih lanjut. Semula, judul berita ini adalah 'Bau Limbah Sapi Pancoran Ganggu Masjid, Jemaah Tebar Minyak Wangi'. Pukul 16.20 WIB, judul kami edit menjadi 'Bau Limbah Sapi Pancoran Ganggu Majelis Taklim, Jemaah Tebar Minyak Wangi'.
Simak Video 'Kotoran Sapi Cemari Lingkungan di Pancoran, Warga Keluhkan Gatal-gatal':