Raja Bhumibol, Tumpuan Rakyat Thai di Masa Krisis
Rabu, 20 Sep 2006 11:44 WIB
Bangkok - Pascakudeta militer di Thailand, rakyat negeri Gajah Putih itu menanti-nanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun warga tetap merasa tenang karena mereka masih punya raja yang sangat diagungkan, Raja Bhumibol Adulyadej. Rakyat Thai yakin, sang raja akan membawa mereka keluar dari krisis, seperti yang sudah-sudah.Raja yang telah berkuasa selama 60 tahun itu telah melewati 20 perdana menteri di Thailand dan beberapa kudeta. Meski hanya memiliki sedikit kekuatan hukum, namun figur raja punya pengaruh sangat besar bagi rakyat Thailand."Besok semuanya akan kembali normal. Semua akan baik-baik saja karena kami punya raja," ujar seorang warga Bangkok seperti dikutip kantor berita AFP, Rabu (20/9/2006).Begitu besarnya pengaruh raja berusia 78 tahun itu sampai-sampai pemimpin militer Thailand Jenderal Sonthi Boonyaratglin langsung menemui raja begitu mengumumkan kudeta militer. Bahkan saat mengumumkan kudeta tersebut melalui siaran televisi, para petinggi militer juga menayangkan gambar-gambar raja.Di mata rakyat Thai, Raja Bhumibol selalu menjalankan perannya sebagai pengurus rakyat dan membantu Thailand keluar dari krisis. Demikian seperti diberitakan kantor berita AFP, Rabu (20/9/2006)."Di masa-masa krisis, saat kami mengalami kebuntuan, kami bertumpu pada raja untuk membantu kami menemukan jalan keluar," kata Thitinan Pongsudhirak, seorang profesor ilmu politik di Universitas Chuloalongkorn.Raja Bhumibol yang dilahirkan di Cambridge, Massachusetts, AS pada 5 Desember 1927 dikaruniai banyak bakat. Dia seorang penulis buku, pelukis dan musisi Ayahnya, Pangeran Mahidol menekuni kedokteran di Universitas ternama AS, Harvard. Ayahnya meninggal ketika Bhumibol masih anak-anak.Sebagai anak laki-laki termuda dalam keluarga, tak ada yang pernah mengira Bhumibol akan naik takhta. Namun ketika kakaknya yang berkuasa, tewas akibat tembakan di kepala, Bhumidol pun diyatakan sebagai raja pada 9 Juni 1946.Namun dia pergi ke Swiss untuk kuliah hingga akhirnya dimahkotai secara resmi pada Mei 1950. Bhumibol menerima nama resmi kerajaan, Rama IX.Nama lengkapnya berarti "kekuatan tak tertandingi". Sejak itu, gambar-gambarnya terpasang di semua taksi, kantor dan toko. Bahkan sebelum pemutaran film di setiap bioskop, para penonton akan berdiri untuk menghormati raja sementara gambar sang raja muncul di layar.Meski berpegang pada sikap netralnya di politik, namun Bhumibol beberapa kali mengintervensi untuk menyelesaikan krisis negara. Misalnya pada tahun 1973, setelah kerusuhan timbul di sebuah universitas Bangkok, Bhumibol menyuruh PM saat itu dan orang-orangnya pergi meninggalkan negeri itu untuk mencegah meningkatnya kerusuhan sosial. Mereka mematuhi perintah raja.Pada tahun 1992, Bhumibol memanggil PM saat itu Jenderal Suchinda Kraprayoon ke istananya dan mempermalukan dia di siaran televisi karena memerintahkan operasi militer berdarah terhadap para pendemo anti-pemerintah. Buntut kejadian itu, sang PM mengundurkan diri.Baru-baru ini saja pada 25 April lalu, raja secara terbuka mengecam hakim-hakim Mahkamah Agung dan memerintahkan mereka untuk menghentikan kebuntuan politik akibat aksi demo jalanan dan pemilihan umum yang tidak meyakinkan. Buntutnya, para hakim membatalkan pemilu dan memerintahkan pemilu ulang.Menyangkut kudeta militer yang terjadi saat ini, Raja Bhumibol belum mengeluarkan statemen apapun.
(ita/sss)