Kisah Nenek Sumiah Sebatang Kara Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

Kisah Nenek Sumiah Sebatang Kara Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

Aris Rivaldo - detikNews
Selasa, 20 Jun 2023 16:34 WIB
Rumah nenek Sumiah di Pandeglang (Aris Rivaldo/detikcom)
Rumah nenek Sumiah di Pandeglang (Aris Rivaldo/detikcom)
Pandeglang -

Seorang nenek bernama Sumiah (78) tinggal seorang diri di rumah yang tidak layak huni di Pandeglang, Banten. Ia terpaksa tinggal di rumah tersebut lantaran tidak ada pilihan lain.

Sumiah merupakan warga Kampung Kaduhauk, Desa Cimanuk, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Ia mengaku sudah hampir dua tahun tinggal di rumah panggung tersebut.

"Atos (sudah) dua tahun," kata Sumiah kepada wartawan di rumahnya, Selasa (20/6/23).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah nenek Sumiah berdinding GRC, beralas bambu yang sudah lapuk dimakan usia. Sementara di bagian dapur ditutup oleh bilik dari anyaman bambu yang sudah tampak bolong.

Rumah nenek Sumiah di Pandeglang (Aris Rivaldo/detikcom)Rumah nenek Sumiah di Pandeglang (Aris Rivaldo/detikcom)

Bangunan rumah yang berukuran kurang lebih 6x4 meter tersebut tak memiliki kamar mandi. Posisi kamar mandi terpisah berada di bagian belakang rumah.

ADVERTISEMENT

Setiap malam ia tidak bisa tidur nyenyak, terutama bila hujan turun. Pasalnya, rumah yang dia huni sering bocor.

Ketika hujan, ia harus mempersiapkan ember, agar air yang masuk ke dalam rumahnya tidak menyebar.

Rumah nenek Sumiah di Pandeglang (Aris Rivaldo/detikcom)Rumah nenek Sumiah di Pandeglang. (Aris Rivaldo/detikcom)

Dua tahun lalu ia tinggal bersama suaminya di daerah Menes. Setelah suaminya meninggal, ia kemudian pindah ke Cimanuk.

Suminah dikarunia empat orang anak. Anaknya semua sudah menikah dan tak tinggal bersama dengan dirinya.

Ia datang ke Cimanuk dengan membeli sepetak tanah dari saudaranya. Di atas tanah itu, ia mendirikan rumah yang tidak layak untuk dihuni.

Untuk bertahan hidup Suminah menjajakan gorengan kepada warga sekitar. Gorengan itu ia ambil dari tetangganya. Dalam sehari ia bisa mendapatkan upah sebesar Rp 5.000 hingga Rp 20 ribu.

"Jualan gorengan gaduh batur, menangna Rp 5.000, Rp 15 ribu, lamun ramai bisa Rp 20 ribu, (jualan gorengan punya orang, dapatnya Rp 5 ribu, Rp 15 ribu, kalau ramai bisa Rp 20 ribu)," katanya.

Uang itu ia gunakan untuk bertahan hidup. Ia mengaku pendapatan dari upah jual gorengan hanya cukup untuk membeli beras.

"Meser beas doang, ja teu cukup lamun meser lauk mah (beli beras doang, nggak cukup kalau beli lauk)," katanya.

Ia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pihak terkait. Ia berharap nasib baik segera berpihak pada dirinya

"Tacan pernah, KTP sareng KK mah tos Aya anu menta, tapi teu aya bae (bantuan), (belum pernah, KTP dan KK sudah ada yang minta, tapi belum ada aja-bantuan)," katanya.

Saat dikonfirmasi Sekretaris Desa Cimanuk Sastra Irawan membenarkan bahwa nenek Sumiah belum mendapatkan bantuan. Ia mengaku nenek Sumiah belum masuk ke data terpadu kesejahteraan sosial (DTSK).

"Bisa kami pastikan betul yang bersangkutan itu belum masuk ke data DTKS," katanya.

Ia juga berjanji akan berupaya memperbaiki rumah nenek Sumiah. Ia mengatakan perbaikan akan dilakukan dengan mengajukan kepada pihak pemerintah atau bisa dianggarkan dari dana desa.

"Inysaallah kita akan usulkan karena itu layak dibantu, kita anggaran di Musrembangdes nanti di tahun 2024," katanya.

(isa/isa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads