Wakil Ketua MPR Yandri Susanto menegaskan tekadnya mendukung Upaya pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Majalengka yang tengah memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Abdul Chalim. Semasa hidupnya, KH. Abdul Chalim dikenal sebagai pejuang yang turut memperjuangkan kemerdekaan dan kesejahteraan bangsa.
Yandri menjelaskan KH Abdul Chalim juga merupakan ulama besar yang melahirkan kiai-kiai besar masa kini. Selain itu, KH Abdul Chalim adalah seorang politisi yang ikut berkiprah menjadi anggota MPR RI.
"Sebagai pendiri Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) dan satu dari tiga pendiri Nahdlatul Ulama bersama KH. Hasyim Asy'ari serta KH. Abdul Wahab Chasbullah jasa-jasa KH. Abdul Chalim sangat jelas, karena tersimpan rapi dalam sejarah bangsa Indonesia," jelas Yandri dalam keterangannya, Minggu (18/6/2023).
"Tidak ada alasan, yang bisa digunakan untuk menolak penganugerahan gelar pahlawan kepada beliau. Saya yakin, jika pemikiran serta keteladanan KH. Abdul Chalim diteruskan jajaran Pergunu, ke depan sekolah-sekolah di lingkungan Nahdlatul Ulama pasti akan semakin diperhitungkan," sambungnya.
Hal ini ia sampaikan di hadapan lebih dari 2.000 anggota Pergunu se-Indonesia pada halaqoh alim ulama dalam rangka Mukernas ke V Pimpinan Pusat (PP) Pergunu. Kegiatan ini berlangsung di alun-alun Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka, Sabtu (17/6).
Lebih lanjut, Yandri menilai 30 ribu lebih pondok pesantren dan lebih dari 5 juta santri yang ada di lingkungan pendidikan Nahdlatul Ulama adalah bukti besarnya kiprah NU dalam pembangunan bangsa. Untuk itu, sudah sepantasnya pemerintah memberi penghargaan bagi kalangan Pergunu.
Menurutnya, kiprah serta jasa-jasa Pergunu tak perlu diragukan. Meski banyak di antara mereka masih ada kurang dan bahkan belum sejahtera, tetapi mereka terus berkontribusi dalam dunia pendidikan.
Ia menerangkan tugas mengajar dilakukan anggota Pergunu bukan semata-mata karena uang. Dengan kerja kerasnya, lanjut Yandri, Pergunu sudah berkontribusi menjadi pemersatu bangsa dan ikut membangun peradaban dunia.
"Kalau negeri ini ingin lebih berbudaya, kita harus semakin memperhatikan kesejahteraan para guru. Sebagaimana mereka berkomitmen pada pendidikan dan anak-anak didiknya. Jangan sampai pemerintah membiarkan para guru menghadapi keterbatasannya sendirian, tanpa uluran tangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Karena mereka adalah ujung tombak kemajuan bangsa," kata mantan Ketua Komisi VIII DPR RI ini.
Ia menambahkan sesaat setelah Hirosima dan Nagasaki di bom sekutu, pertanyaan pertama pemerintah Jepang bukan berapa pabrik yang masih berdiri atau berapa tentara yang masih hidup. Namun yang ditanyakan pemerintah Jepang waktu itu adalah berapa guru yang masih hidup untuk bisa meneruskan pendidikan.
Sebagai informasi, dalam agendanya ke Majalengka, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini berziarah ke makam KH. Abdul Chalim di kompleks MDTA-MTs. Sabilul Chalim. Acara ini turut dihadiri Ketua Umum PP Pergunu Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim MA beserta jajaran, Menkopolhukam Prof. Dr. Mahfud MD, serta anggota Komisi VIII DPR RI Prof. Dr. Maman Imanul Haq, S.Pd.I., M.Pd.I.
Simak juga 'Dukungan Syarikat Islam Agar Inggit Garnasih Disetujui Jadi Pahlawan Nasional':
(ega/ega)