Diabetes Melitus pada anak menjadi momok bagi para orang tua. Pasalnya hingga akhir masa hidup anak-anak harus mengkonsumsi obat dan hidup dengan bantuan alat kesehatan.
Sebagaimana cerita Arief Novianto, ketua komunitas Ikatan Anak Remaja Diabetes Indonesia (IKADAR). Ia mengibaratkan diagnosis itu seperti kiamat kecil dalam keluarga. Bagaimana tidak, insulin dan alat kesehatan untuk obat-obat anak mereka tidak murah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di mana pengobatan hanya dengan suntik insulin. Itu yang mungkin yang membuat kami waktu itu, Faiz enggak berasa kiamat. Tapi buat kami, suatu yang membuat kiamat kecil dalam hidup ini," kata Arief kepada tim Sudut Pandang detikcom, Senin (4/5/2023).
Arief mengatakan, sepanjang hidup anaknya harus konsumsi obat. Pasalnya, diabetes tidak seperti penyakit lain yang dapat sembuh setelah konsumsi obat.
"Masalah pembiayaan cukup menjadi beban, apalagi penggunaan alat itu harus selalu ada, butuh tidak butuh tapi sangat butuh. Sementara buat insulin wajib ada. Kalaupun tidak ada, harus diadakan supaya anak kita bisa survive. Itu yang menjadi beban berat buat orang tua agar anak bisa survive,"ujarnya.
Arief mengatakan perlu ada perhatian khusus dari pemerintah kepada anak-anak penyandang diabetes. Setidaknya, ada subsidi khusus untuk alat kesehatan atau obat-obatan yang dibutuhkan oleh para penderita diabetes.
"Mungkin perlu ya peran serta dari pemerintah untuk menyediakan untuk alat-alat kesehatan penyandang diabetes yang terjangkau. Karena kami menggunakan alat itu sampai umur anak kami berakhir, sampai mereka meninggal. Itu yang jadi beban. Beban ketika mengiringi dia jadi dewasa tetapi juga akan menjadi beban bagi dia ketika dewasa. Jadi beban itu tidak pernah putus," ujarnya
Hal yang sama juga diutarakan oleh Udut Halomoan. Sebagai orang tua dengan 2 anak yang tengah berperang melawan diabetes, ia berharap uluran tangan dari pemerintah. Sebab pemakaian obat tidak boleh ditunda apalagi terlambat.
"Jadi kalau kita nggak beli itu yang berbahaya. Nggak seperti penyakit pada umumnya karena ketergantungan. Kita harus bisa mencari bagaimanapun caranya semua demi anak," ujar Udut.
Ayu, istru Udut menambahkan, saat ini anak mereka bisa tertolong dengan adanya program bantuan kesehatan CDiC (Changing Diabetes in Children) dan BPJS. Namun, Udut menyadari bahwa jaminan bantuan itu tidak akan terus ada seumur hidup anak-anaknya.
"Karena bantuannya hanya sampai 2025. Nanti kalau sudah habis masanya, Harus gali lubang tutup lubang lagi,"tambah Ayu.
Ayu hanya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan subsidi untuk obat-obatan diabetes khususnya pada anak. Sehingga mereka bisa mendapatkan obat dan alat kesehatan diabetes untuk anak dengan harga murah.
"Buat dapetin semua bisa lebih mudah. Kalau bisa ada bantuan," tutupnya.
(edo/vys)