PT MRT Jakarta menjadikan Hongkong sebagai percontohan dalam melakukan ekspansi bisnisnya. Salah satunya dengan melirik sektor properti demi memperoleh sumber pendapatan lain.
Seperti diketahui, saat ini pendapatan MRT masih bergantung kepada subsidi yang digelontorkan oleh Pemprov DKI. Sementara itu, Hongkong melalui Mass Transit Railway (MTR) Corporation Limited mengembangkan bisnis properti di samping sistem angkutan cepat. Hasilnya, perusahan tersebut memperoleh pendapatan hingga 50% hanya dari sektor properti meliputi land sale hingga sewa properti komersial.
"Kalau sama nya itu mungkin MTR Hongkong ya karena itu salah satu perusahaan transport publik yang udah go global, karena nggak cuman di Hongkong tetapi mereka ada operasi di Inggris, negara Afrika, Australia, mereka dengan bisnis properti itu bisa hidup tanpa disubsidi pemerintah," kata TOD Business Generation Departement Head PT MRT Jakarta Raihan Kusuma dalam kelas MRT Fellowship Program 2023 di Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu (31/5/2023) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itulah bisnis properti ini menjadi bagian dari klaster aliran pendapatan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD).Salah satunya melalui penyediaan hunian terjangkau yang terintegrasi dengan kawasan TOD bernama Alaspadu dan Rumapadu.Namun dia menyadari, ada tantangan minimnya penguasaan aset untuk pengembangan TOD di Jakarta. Karena itulah, penyediaan unit hunian TOD tak harus membangun baru, tetapi bisa juga dilakukan dengan cara mengakuisisi bangunan yang sudah ada.
"Kita sebagai pengelola kawasan berkewajiban menyediakan hunian yang bisa dibilang affordable ( bagi kelas menengah). Karena kan udah ada yang main di kelas lainnya, di mana rata-rata di Jakarta per square meter udah Rp 40 jutawhich isharga sewa apartemen udah Rp 2-4 M. itu gak afford bagi kaum milenial," jelasnya.
Cara lainnya dengan memanfaatkan aset milik pemerintah yang berada di sekitaran Stasiun MRT. Seperti misalnya melakukan revitalisasi Taman Literasi Martha Christina Tiahahu yang berlokasi dekat dengan Stasiun MRT Blok M di Jakarta Selatan. Taman tersebut dipercantik serta memiliki lapak yang bisa disewakan para tenant.
"Ini keunikan inovasi kita bisa meningkatkan area publik dan bisa mendapatkan revenue," jelasnya.
"Di sini MRT sebagai pengelola kawasan kita mengencourage Pemprov agar asetnya tidak terbengkalai," tambahnya.
Tak hanya aset milik pemerintah, MRT bisa juga mengembangkan TOD dengan memanfaatkan lahan milik privat maupun mengupayakan pembangunan interkoneksi. Seperti misalnya pembangunan interkoneksi layang yang menghubungkan Stasiun MRT Jakarta Blok M BCA dengan Blok M Plaza.
"Contoh suksesnya ada di Blok M ya. Blok M mal itu sebelum ada MRT udah seperti mati suri. Tapi ketika bekerja sama dan mereka mau terkonek langsung dengan MRT, okupansinya udah lebih dari 100 persen dan waiting list tenant-tenant yang mau masuk Blok M," terangnya.
Selain bisnis properti, bisnis non properti pun juga dilirik oleh MRT Jakarta. Setidaknya ada enam bisnis non properti yang digeluti oleh BUMD DKI Jakarta itu, salah satunya TOD Advisory, di mana MRT Jakarta menjadi penasehat sejumlah daerah di Indonesia yang ingin mengembangkan TOD. Kemudian ada pula project management, energi dan utilitas, advertising, digital hingga outsourcing service atau pengelola keamanan sekitar kawasan TOD.
"(Lalu) outsourcing service. Sebagai mengelola keamanan di sekitar kawasan, seperti di Terowongan Kendal. Jadi pengawasan dan pengamanan di sana ada di area MRT. kemarin banyak kasus Citayam Fashion Week, kita sebagai pengleola kawasan selalu mengingatkan dan berkoordinasi dengan Pemprov DKI merapihkan kawasan agar tetap kondusif," imbuhnya.
Simak Video: Jokowi Bertemu PM Jepang, Bahas MRT hingga IKN