Kehadiran aplikasi Mobile JKN telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini juga diakui oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN) di Kejaksaan Negeri Kota Kediri, A. Irma Purnama Sari (42) atau yang akrab dipanggil Irma.
Irma menilai aplikasi ini mempermudah peserta program JKN dalam mengakses layanan kesehatan.
"Sekarang tambah maju apalagi sejak ada Aplikasi Mobile JKN, tidak perlu repot cari kartu. Yang saya rasain sekarang, kalau mau periksa pakai antrean online di Aplikasi Mobile JKN, tidak repot lagi," ucapnya dalam keterangan tertulis, Selasa (30/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku sangat terbantu, apalagi mengingat konsekuensi pekerjaannya yang sering berpindah tempat. Sehingga dalam menyesuaikan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tidak perlu jauh-jauh ke Kantor BPJS Kesehatan, cukup menggunakan aplikasi Mobile JKN saja.
"Saya kan pindah-pindah. Alhamdulillah mudah, tinggal pakai Aplikasi Mobile JKN saja untuk menyesuaikan faskesnya. Apalagi di Kediri banyak faskes dekat rumah. Kalau mau ganti faskes bisa pakai aplikasi saja. Lebih mudah sekarang. Zaman dulu kan harus ngurus ke Kantor BPJS Kesehatan. Ingat waktu baru pertama pindah ke Palopo harus ngurus ke Kantor BPJS Kesehatan," ujar Irma.
Warga asli Kota Makassar ini pun menceritakan bagaimana program JKN membantunya untuk berobat. Di tahun 2016, Irma menggunakan JKN untuk proses kelahiran anak keempatnya melalui operasi caesar. Menurutnya, pelayanan yang didapatkan bagus dan tidak dibedakan.
"Saya pakai operasi caesar anak keempat, tahun 2016. Plasenta saya selalu turun, Plasenta Previa, dia menutupi jalan lahir, jadi tidak bisa lahiran normal. Pelayanannya bagus. Pengalaman saya tidak dibedakan," terangnya.
Sebelumnya, di tahun 2014 anak ketiganya juga lahir melalui operasi sesar. Di tahun yang sama juga ia menjalani operasi sinus. Irma mengaku tidak mengeluarkan biaya tambahan, kecuali selisih biaya yang harus dibayarkan dikarenakan naik kelas.
"Tahun 2014 saya pakai JKN dua kali. Saya pernah operasi sinus. Operasi sinus dulu baru operasi sesar lahiran anak ketiga. Sama sekali tidak pernah ada biaya sama sekali, kecuali untuk yang selisih biaya, karena saya selalu naik kelas pada saat lahiran," jelasnya.
Setiap konsultasi, Irma selalu mendapatkan rekomendasi dari dokter untuk menggunakan JKN. Apalagi menurutnya untuk penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) biaya pengobatannya tidak murah. Irma mengaku rutin membersihkan telinga keempat anaknya ke dokter spesialis THT menggunakan JKN.
"Setiap saya konsul selalu direkomendasikan dokter pakai JKN, apalagi kalau THT kan mahal-mahal obatnya sama operasinya. Kalau tidak pakai JKN, waduh. Saya juga rutin membersihkan telinga anak-anak pakai JKN ke spesialis THT," ujar Irma.
Seandainya tidak menggunakan JKN, Irma memperkirakan biaya sekali operasi caesar bisa mencapai Rp 20 juta. Oleh karenanya, ia tidak keberatan jika gajinya dipotong setiap bulan untuk membayar iuran JKN. Ditambah dengan membayar iuran JKN ia bisa membantu masyarakat lainnya yang sedang sakit.
"Seandainya tidak pakai JKN berapa itu biaya operasi caesar satu kali, mungkin Rp 20 jutaan, apalagi kalau ambil kamar VIP. Alhamdulillah kalau tidak sakit, alhamdulillah kalau tidak dipakai, saya sih tidak keberatan (iuran JKN dipotong setiap bulan dari gaji), bisa bantu yang lain," tegasnya.
Irma pun mengajak masyarakat yang belum menjadi peserta program JKN agar segera mendaftar. Menurutnya lebih baik mencegah dengan memiliki JKN, karena kesehatan itu mahal harganya.
Di sisi lain, bagi yang sudah terdaftar dalam Program JKN agar patuh membayar iuran JKN, karena datangnya sakit atau musibah tidak dapat diprediksi. Seperti pengalaman mertua Irma yang harus mengeluarkan biaya banyak tanpa JKN, dan kakaknya yang selama menjalani cuci darah dijamin JKN.
"Seperti mertua saya, ada bisul, tidak pakai JKN, pakai asuransi lain. Waktu operasi bisul bulan lalu, ia harus membayar Rp 41 juta, asuransinya tidak menjamin. Itu yang menyesakkan. Terpaksa bayar segitu, operasi saja Rp 41 juta, belum kamar. Yang seperti itu yang kita tidak tahu, percaya diri dengan asuransi lain, ternyata tidak dijamin. Kakak juga waktu cuci darah alhamdulillah dijamin JKN, dulu rutin, sekarang sudah meninggal. Seminggu tiga kali cuci darah berapa itu biayanya," pungkasnya
(prf/ega)