Direktorat Tindak Pidana (Dittipid Narkoba) Bareskrim Polri menggagalkan pengiriman narkoba jenis sabu jaringan Afghanistan-Indonesia. Pengiriman ini menggunakan modus melarutkan sabu ke dalam gorden.
Wakil Direktur (Wadir) Dittipid Narkoba Bareskrim Polri Kombes Jayadi mengatakan dalam kasus ini pihaknya menangkap lima tersangka. Mereka adalah W alias I, R alias C, AZ, MCF alias K, dan S. Mereka ditangkap di beberapa tempat di wilayah Jakarta Utara dan Lapas Kelas I Kosambi Cirebon.
Bareskrim mulanya mendapat laporan masyarakat terkait adanya impor gorden berisi barang haram itu. Dari informasi itu, pihaknya berkoordinasi dengan Bea Cukai. Setelah mendapatkan kiriman barang yang diimpor dari Pakistan, polisi langsung melakukan control delivery.
"Modus operandi mengirimkan narkotika jenis sabu yang dilarutkan dalam gorden, kain gorden, ternyata di dalamnya itu ada larutan yang mengandung narkotika jenis sabu," kata Jayadi.
Dalam kesempatan yang sama Kasubdit I Dittipidnarkoba, Kombes Jean Calvijn Simanjuntak mengatakan sabu tersebut diimpor dari jaringan narkoba Afghanistan-Indonesia atas permintaan warga negara Pakistan inisial S.
"Tersangka S dulu pernah terlibat kasus penyeludupan 400 kilogram sabu berbentuk bola. Kita tangkap atas kasus pencucian uangnya," ucapnya.
Calvijn menuturkan modus seperti itu sudah pernah ditemui. Sebelumnya, kata dia, media resapan yang digunakan berupa handuk dan diimpor dari luar negeri.
Pengendali jaringan Afghanistan-Pakistan-Indonesia itu dilakukan oleh narapidana, seorang WNI dan seorang WNA Pakistan. Calvinj menjelaskan, ada tiga paket gorden resapan yang dikirim oleh jaringan tersebut.
"Faktanya adalah pengiriman barang dari Afganistan. Beberapa kali yang kita ungkap pasti ini import barang, sebelumnya dari Jerman, ini dari Afganistan," kata dia.
Calvijn mengatakan gorden yang menjadi media resapan tersebut berukuran 3x2 meter yang beratnya mencapai 12-13 kg. Adapun cara tersangka, kata dia, dengan memasukkan sabu yang berbentuk cairan diendapkan ke dalam media gorden.
"Tersangka satu dan dua sebelumnya dialah yang menjadi koki sehingga mengekstrak, caranya dikendalikan diajarkan menggunakan alat komunikasi dan media yang ada itu hanya dimasakkan dengan air mendidih. Kemudian setelah didihkan, kemudian menguap, di panaskan kembali menjadi butiran, nanti ada satu aseton yang disemprotkan sehingga warnanya menjadi menarik," jelas dia.
Dia menyatakan modus tersebut kerap dilakukan pada jaringan Timur Tengah. "Ini adalah modus yang beberapa kali digunakan jaringan-jaringan Timur Tengah," tandasnya.
(rfs/rfs)