Pelaku penembakan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Mustopa (60), mengaku sebagai nabi. Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan penembakan itu terjadi karena pemahaman agama yang keliru.
"Ini membuktikan bahwa pemahaman agama yang salah bisa menimbulkan bahaya terhadap keselamatan jiwa orang lain," kata Zainut dalam keterangan tertulis, Kamis (4/5/2023).
Dia menyampaikan ada beberapa upaya untuk menghindari pemahaman keagamaan yang keliru. Zainut mengimbau masyarakat belajar agama kepada ulama atau orang yang memiliki otoritas keilmuan agama yang tinggi serta bersanad (silsilah keilmuan yang bersambung sampai kepada Rasulullah).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam belajar agama juga harus menggunakan metodologi belajar yang benar, yaitu secara tersusun dan terstruktur untuk memperoleh ilmu agama," ujarnya.
Zainut mengatakan saat ini ada problem banyak orang yang memiliki semangat belajar agama tetapi hanya menggunakan penafsirannya sendiri dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan hukum. Hal itu terkadang justru bertentangan dengan kaidah-kaidah agama, sehingga mereka salah dalam memahami substansi ajaran agama.
"Sejatinya semua ajaran agama mengajarkan kasih sayang, persaudaraan dan perdamaian antarsesama umat manusia, bukan mengajarkan permusuhan, ancaman dan kekerasan yang menimbulkan mafsadat atau kerusakan bagi kehidupan umat manusia," jelasnya.
Zainut juga mengimbau para ulama dan pemimpin agama untuk terus menggelorakan moderasi beragama, yakni cara memahami ajaran agama secara moderat, tawasut, dan jalan tengah.
"Mari terus menghindari perilaku beragama yang ekstrem (tatharruf), berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam beragama (ghulluw). Sebab, hal tersebut dapat memunculkan sikap fanatisme, intoleransi, dan akuisme dalam beragama," sebutnya.
Ketiga, Zainut meminta aparat kepolisian lebih meningkatkan keamanan di tempat-tempat ibadah dan kantor serta tempat beraktivitas para pemimpin agama.
Terakhir, Zainut mendukung Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) untuk memfilter konten-konten yang bernuansa sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), berita bohong (hoax), serta ujaran kebencian.
"Termasuk perlu difilter juga konten yang bersumber dari ajaran agama yang menyimpang dan bertentangan dengan ajaran agama yang dianut oleh mayoritas umat beragama," ucapnya.
Penembakan di Kantor MUI Pusat
Pria bernama Mustopa (60) melakukan penembakan di Kantor MUI Pusat di Jalan Proklamasi, Jakpus, pada Selasa (2/5) siang.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.