Ade Bibier, Realita 'Buruh Suara' di Industri Dubbing Indonesia

Sosok

Ade Bibier, Realita 'Buruh Suara' di Industri Dubbing Indonesia

Nada Celesta - detikNews
Senin, 01 Mei 2023 06:57 WIB
Jakarta -

Dua sampai tiga kali sebulan, Ade 'Bibier' Kurniyawan mesti pulang-pergi dari Bekasi ke studio rekaman stasiun televisi di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Perjalanan panjang ini berlangsung sejak 2005 hingga 2007. Bukan perkara sederhana, ia perlu mengantarkan 'suara' untuk sebuah karakter kartun yang cukup populer di Indonesia saat itu.

Ade adalah suara di balik Spongebob Squarepants yang ikonik. Meski hanya dua tahun memberi nyawa pada sosok kotak berwarna kuning ini, karakter berkepribadian ceria itu terus menempel pada diri Ade hingga kini.

"Hehehe. Aku siap, aku siap! Ayo kita pergi berburu ubur-ubur dan membuat Krabby Patty yang banyak, teman!" ujar Ade, memperagakan suara sang karakter di program Sosok detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jauh sebelum berjumpa dengan tokoh kartun itu, Ade telah memulai kariernya sebagai dubber profesional pada tahun 1995. Jenis suara Ade yang ringan dan ceria, membuatnya sering ditunjuk untuk mengisi peran-peran sampingan yang jenaka.

Setelah berkiprah 10 tahun lamanya, bertemulah ia dengan Spongebob. Kala itu, ia menggantikan Santosa Amin, dubber sebelumnya.

ADVERTISEMENT

Bagi Ade, pertemuannya dengan penghuni Bikini Bottom itu merupakan masa yang tidak terlupakan. Spongebob Squarepants adalah titik balik kehidupan kariernya. Sejak mengisi karakter bawah laut itu, persona tersebut terus menempel padanya hingga sekarang. Namanya pun terus dikenal oleh para penghuni dunia penyiaran.

Namun kondisi itu ternyata tidak memberikan dampak cukup besar bagi hidupnya. Ade mengaku, sulih suara tak bisa ia jadikan sebagai profesi utama. Sebab, menjadi dubber bukanlah profesi populer di zaman itu. Proyek yang tidak pasti serta statusnya sebagai pekerjaan lepas membuat pemasukan Ade tidak stabil.

Meski sudah memiliki nama, Ade tidak bisa mematok harga untuk jasanya saat itu. Sebab, nilai apresiasi untuk setiap suara yang didaraskannya sudah ditentukan oleh sang klien.

"Untuk Spongebob dibayar di bawah 100 ribu rupiah per episode, saat itu," terang Ade.

Umumnya para dubber, termasuk Ade, merekam 3 sampai 5 episode sehari di satu studio. Beberapa dubber bisa rekaman di lebih dari satu studio dalam sehari. Melalui cara inilah, aku Ade, para dubber di zamannya bisa bertahan secara finansial.

Tantangan tak berhenti di sana. Nilai upah yang diputuskan sepihak itu tidak dibayarkan begitu Ade menyelesaikan pekerjaan. Biasanya, bayaran diberikan per 10 episode. Dengan kata lain, Ade baru bisa mendapatkan hasilnya menjual suara 3 hingga 4 bulan setelah rekaman. Dua tahun setelah bergelut dengan kondisi yang baginya tidak ideal itu mendorongnya untuk bersikap. Ia menolak untuk menandatangani kontrak yang disodorkannya saat itu.

"Ada satu hal yang mengganjal, yang bikin saya akhirnya, 'udah dulu deh'. Karena tidak sesuai dengan apa yang di pikiran saya, ketika harus menandatangani 'bahwa suara saya akan dipergunakan untuk media-media yang lain'. Satu keberatan buat saya adalah, berarti saya menyetujui. Oh yaudah, akhirnya, Spongebob juga, mau nggak mau, berarti saya berhenti," jelas Ade.

Di balik tawa renyah Spongebob, halaman selanjutnya


"Tapi kenyataannya, tetap diputar ulang suara saya. Sampai saat ini, 2023. Yaudah, terserah lah," lanjutnya.

Mengetahui suaranya tetap disiarkan tanpa persetujuannya, Ade memilih untuk ikhlas. Meski sempat berpikir untuk menanyakan soal hak-haknya, Ade merasa usaha tersebut tak akan membuahkan hasil.

"Pernah terpikirkan buat bertanya, tapi kita juga nggak tahu bertanya sama siapa. Orang-orang bilang, 'Itu kan lo bisa dapat royalty.' Tapi gimana bro? Nggak ada perjanjian apa-apa. Dan mereka juga nggak tahu gimana bisa terus (menyiarkan suara saya)," ungkap Ade.

Ade tak sendirian. Menurutnya, orang-orang di komunitas Ade juga sering mengalami persoalan serupa. Namun, kurangnya perlindungan pada profesi penyulih suara membuat Ade dan kawan-kawannya seringkali tak tahu harus mengadu ke mana.

Enam belas tahun berlalu sejak Ade tak lagi mengisi suara Spongebob Squarepants. Selama itu pula, ia melihat naiknya popularitas industri sulih suara, meski tak dibarengi dengan penghargaan yang sepadan.

"Alhamdulillah, sekarang ini, pekerjaan pengisi suara ini, mulai banyak peminatnya. Tapi kalau untuk salary-nya sampai sekarang, mungkin, jauh panggang dari api lah, kalau bahasa orang zaman dulu," kata Ade.

Meski Ade masih sulit mengejar kesejahteraan lewat profesi dubber, dirinya tetap ingin bertahan di bidang ini. Kecintaannya dalam memerankan karakter lewat suara membuatnya terus konsisten berkarya. Menurutnya, kemampuan mendalami karakter serta sikap mudah bekerja sama adalah kunci sukses di dunia sulih suara.

Hingga kini, Ade masih aktif mengisi suara di berbagai kesempatan. Suaranya pernah mengisi serial seperti Marimar, X-Men Evolution, Neo Power Ranger, Men in Black, dan lain-lain. Ia juga mengisi suara di acara-acara televisi nasional.

Terus maju tanpa terjebak di persoalan masa lalu adalah jalan yang dipilih Ade. Ia bersyukur, dengan mengisi suara Spongebob, ia bisa menghibur banyak orang.

"Di balik ketawanya Spongebob itu, ada yang harus dikebulin di rumah. Di balik ketawanya saya, eh, ketawanya Spongebob itu, sepanjang perjalanan kita berpikir apa, orang nggak tahu. Tapi alhamdulillah, ketawanya Spongebob bisa menghibur teman-teman, terutama teman-teman yang lahiran 90-an, sampai ke arah sini," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(nad/vys)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads