Helianti Hilman, seorang penggagas sekolah khusus petani menjelaskan, tren konsumsi produk artisanal semakin diminati. Produk yang identik dengan bahan-bahan lokal serta proses pembuatannya dengan metode handmade ini dinilai memiliki daya tarik khusus di mata para konsumen.
Studi yang dilakukan Christoph Fuchs, Martin Schreier, and Stijn M.J. van Osselaer pada 2015 memperkuat fenomena ini. Dari studi tersebut, ditemukan bahwa para responden menganggap produk artisan membutuhkan lebih banyak waktu untuk diproduksi, yang dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Peningkatan kualitas ini, pada akhirnya membuat daya tarik yang lebih besar.
Kebutuhan ini disadari betul oleh Helianti. Melalui Sekolah Seniman Pangan ia mengedukasi untuk mentransformasi petani muda menjadi pengusaha pangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui program-program di sekolah ini, para petani didorong untuk menyorot keunikan dan nilai tambah dari masing-masing bahan pangan lokal. Hal ini tercermin di tajuk Sekolah Seniman Pangan, yaitu 'Artisanal, Natural, Organic.'
Seperti namanya, petani muda di Sekolah Seniman Pangan didorong untuk menjadi 'seniman'. Produk yang dihasilkan harus memiliki karakter dan passion dari pembuatnya.
"Makanya saya selalu bilang kenapa disebutnya seniman, karena seniman itu unique. Setiap seniman punya jati dirinya sendiri-sendiri. Jadi kita ingin mengangkat tadi personal brand, brand of origin, karakter dari masing-masing sebagai daya pembeda dan sebagai bargaining position mereka," terang Helianti di program Sosok detikcom.
"Misalnya produk yang dari Kak Yuyun di Suku Moi, di Sorong akan berbeda dengan produk misalnya yang Pak Dwi yang ada di Ciawi," lanjutnya.
Oleh karena itu, aspek personal branding dan marketing cukup ditonjolkan di Sekolah Seniman Pangan. Hal ini termasuk aspek pengemasan, penamaan brand, riset pasar, hingga seni mempresentasikan produk.
"Karena mereka ini bukan korporasi, maka yang harus dibangun brandingnya siapa? Diri mereka sendiri. They are their own brand," jelas Helianti.
Implementasi dari ini dapat dilihat dalam bootcamp Sekolah Seniman Pangan. Dari 7 hari pembelajaran, hari ke-6 merupakan waktu peserta didik wajib mempresentasikan produk ke calon pembeli dalam waktu 3-5 menit saja.
Menariknya, Helianti punya tips jitu presentasi produk, yaitu dilarang curhat. Helianti menekankan pentingnya langsung memaparkan kehebatan produk, dan kurangi mengandalkan rasa iba.
"Padahal kita itu ingin mendorong kalau kita mau mengangkat posisi, daya tawar posisi dari petani, mereka harus melahirkan produk atau jasa yang sifatnya juara. Jangan sampai orang membeli karena kasihan, karena itu tidak akan sustainable," tutur Helianti.
Tips tersebut dilengkapi oleh sistem dan materi pembelajaran menyeluruh yang memungkinkan peserta didik menghasilkan produk-produk unggulan. Tiap produk dipastikan memenuhi standar Javara, yaitu bebas dari pengawet, pewarna, perisa sintetis, dan pemutih.