Kepala SMA Insan Cendekia Bogor, Fahrurozi, mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan mediasi dalam kasus pengeroyokan terhadap siswanya yang dilakukan oleh 8 siswa lainnya. Pihaknya mengundang kedua belah pihak saat mediasi.
"Mediasi itu yang menyelenggarakan adalah sekolah. Kami mengundang, itu pertemuan di hari Selasa tanggal 21 Februari. Kami undang kedua belah pihak, mau kami selesaikan," kata Alfian saat dihubungi detikcom, Sabtu (1/4/2023).
Pihak SMA mencari tahu duduk perkara kekerasan tersebut. Alfian mengatakan bahwa saat awal kejadian, korban sempat mengakui perbuatannya mencuri harta milik pelaku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun saat dipertemukan tanggal 21 Februari itu, korban mengaku tidak mencuri. Alfian mengatakan bahwa karena tidak menemukan titik terang, akhirnya untuk penyelesaian sementara, dia meminta korban dan pelaku pengeroyokan untuk saling bermaafan.
"Itu terjadi di sekolah, kami kumpulkan guru-guru. kami sampaikan bahwa apakah betul ini mencuri, memukuli, dan seterusnya. Ternyata, di situ terjadi pengakuan yang terbalik. Katanya tidak mencuri, padahal di hari minggu dan Seninnya si anak ini mengaku mencuri.
"Nah akhirnya di hari Selasa ini kita tidak tahu kebenarannya mana, akhirnya anak-anak kita putuskan bahwa ya sudah saling bermaafan, kemudian tidak ada yang kami keluarkan," tambahnya.
Simak juga Video: Heboh Video Pengeroyokan Lukai Remaja di Yogyakarta, Pelaku Diburu
Kronologi Versi Orang Tua Korban
Ayah korban, Fahrurozi, mengatakan anaknya itu baru 6 bulan tinggal di asrama. Selain anaknya, ada teman anaknya yang juga dikeroyok oleh delapan pelaku.
Pengeroyokan ini bermula ketika salah satu siswa kehilangan uang. Singkatnya, kejadian itu berujung kepada tuduhan pencurian terhadap korban.
"Nah, yang jadi sebab anak saya dianiaya, korban pertama dan anak saya itu dituduh melakukan pencurian. Yang jadi berat berpikirnya, pencurian itu sudah terjadi sebelum anak saya ada di situ," kata Fahrurozi saat dihubungi detikcom, Jumat (31/3/2023) malam.
Hingga pada Sabtu (18/2) sekitar pukul 23.00 WIB, korban dipanggil oleh salah satu pelaku. Dia kemudian diajak ke sebuah ruangan yang ternyata adalah sebuah gudang.
Di sana, sudah ada teman korban. Korban dan temannya itu kemudian diinterogasi oleh delapan pelaku.
"Mereka, pelaku melakukan interogasi ke anak saya yang mana malam itu anak saya kan enggak merasa mengambil ya atau nggak melakukan, jadi dia bertahan sampai dia dipukulin," katanya.
Korban dipaksa terus-terusan untuk mengakui pencurian yang tidak dia lakukan. Karena tidak kuat lagi menahan pukulan para pelaku, ia terpaksa mengaku.
"Setelah dia dipukulin dan anak saya merasa terancam nyawanya dia akhirnya terpaksa mengaku, bahwasanya dia mengaku mencuri," katanya.
Namun pengakuan mencuri itu tak berarti apa-apa. Korban justru tambah dikeroyok habis-habisan hingga babak belur.
"Sayangnya lagi, setelah dia mengaku mencuri malah dikeroyok oleh 8 orang itu. Pertama ada tiga orang bergantian, kemudian sisanya gantian mukul dan ramai-ramai," jelasnya.