Terungkap teka-teki pembunuhan dokter spesialis paru, Mawarty Susanty di Kabupaten Nabire, Papua. Air liur pelaku jadi petunjuk polisi membongkar kasus pembunuhan ini.
Seperti dikutip detikSulsel, Kamis (30/3/2023), dokter Mawarty ditemukan tewas di rumah dinasnya di Kelurahan Siriwini, Nabire, Papua Tengah, Kamis (9/3) sekitar pukul 19.00 WIT. Jasad korban ditemukan dengan kondisi mulut berbusa.
Kapolres Nabire AKBP I Ketut Suarnaya menuturkan jasad korban pertama kali ditemukan oleh seorang perawat sekaligus sopir korban berinisial M (32). Saksi M saat itu hendak menjemput korban untuk diantar ke Apotek Pelita dalam rangka praktik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun korban tak kunjung keluar rumah saat dijemput. Akhirnya saksi M memutuskan menghubungi HP korban dan tidak mendapat respons. Saksi M kemudian menghubungi dua rekan perawatnya masing-masing inisial RR dan F.
"Saat itu ke tiga saksi berupaya memanggil korban dan berteriak dari luar rumah namun tak juga kunjung ada jawaban. Lalu akhirnya ketiga korban membuka pintu yang di grendel dari dalam dengan cara membuka jendela di samping pintu," jelas Suarnaya, Jumat (10/3) lalu.
Saat berada di dalam rumah, para saksi langsung ke kamar korban yang pintunya tidak terkunci. Ketiga saksi kemudian menemukan kondisi Mawarty sudah tak bernyawa.
"Saat saksi dokter jaga meraba nadi korban sudah tidak terasa atau tidak ada sehingga kemudian saksi memutuskan untuk melaporkan kejadian itu kepada polisi. Dari laporan itu anggota piket Reskrim, Timsus dan Inafis Polres Nabire mendatangi lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP)," lanjutnya.
Jenazah Mawarty kemudian dipulangkan ke kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Namun sebelum diserahkan ke pihak keluarga, jasad dokter Mawarty diautopsi untuk memastikan penyebab kematiannya.
Terungkap dari Air Liur
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyampaikan pembunuhan ini terungkap lewat scientific crime investigation. Polisi menemukan air liur pelaku di dada korban.
"Air liur tersangka yang menempel di payudara korban menjadi petunjuk utama kasus ini bisa terungkap," ujar Mathius.
Air liur yang ada pada payudara korban kemudian diperiksa. Polisi juga melakukan swab terhadap sejumlah orang di rumah sakit, termasuk KW yang merupakan cleaning service.
"Sampel DNA hasil swab itu kemudian dicocokan dengan sejumlah saksi yang diduga berkaitan dengan kematian korban. Dari antara 5 orang saksi, 1 di antaranya mengarah kepada sampel yang ditemukan di payudara korban, yakni cairan air liur milik saksi (KW)," terangnya.
Dari hasil pencocokan itu, polisi melakukan pendalaman lebih lanjut dan akhirnya saksi KW ditetapkan menjadi tersangka. Pelaku juga mengakui perbuatannya.
Kematian Mawarty terungkap setelah 16 hari. Pelaku mengaku sakit hati kepada korban karena insentif COVID miliknya dipotong pada 2020 lalu.
"Dari pengakuan tersangka KW, ia melakukan pembunuhan terhadap korban lantaran sakit hati. Di mana terjadi pemotongan intensif COVID 2020," ujar Irjen Mathius.
Meski demikian, polisi masih menggali motif lain pembunuhan Mawarty. Polisi akan melihat struktur jabatan korban pada saat penanganan COVID di Nabire.
"Kita akan lihat apakah korban ada kaitannya dengan penanganan COVID 2020 lalu. Bahkan korban selalu cleaning service di RS korban bekerja apakah pernah bekerja sama dengan korban," ujarnya.
Baca selengkapnya di sini.
Simak Video 'Kerabat Sebut Ada Kejanggalan dalam Kematian Dokter Mawar di Nabire':