Pemprov DKI Jakarta berharap tarif KRL terintegrasi dengan MRT, LRT dan TransJakarta. Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo menyampaikan wacana tarif integrasi itu masih dikaji.
"Memang kami jadi pemerintah provinsi agar terwujud adanya integrasi angkutan umum massal Jakarta dengan KCI," ujar Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo pada diskusi virtual bertajuk Integrasi Tarif dan Skema PSO yang Tepat Sasaran, Selasa (28/3/2023).
"Sambil menuju kepada integrasi tarif tadi, kami juga sedang melakukan penataan stasiun. Saat ini sudah ada 11 stasiun yang sudah diintegrasikan," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syafirn menegaskan integrasi tarif antara moda transportasi massal di Jakarta dengan KCI bukanlah hal yang mustahil. Menurutnya untuk mewujudkan tarif integrasi itu perlu kajian komprehensif.
"Apakah bisa dilakukan tarif bundling terbatas hanya dua moda saja, kajiannya ini komprehensif," tuturnya.
Dia mengatakan komunikasi antara Pemprov DKI dengan KCI aktif dilakukan. Dia berharap ada koordinasi lebih dari badan pengelola transportasi jabodetabek.
"Kajian komprehensif integrasi tarif sudah meliputi semua alternatif penggunaan moda," ucap dia.
Pada kesempatan yang sama, Plt Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kemenhub, Suranto mengatakan untuk merealisasikan tarif integrasi diperlukan political will. Dia menyebut secara teknis melakukan integrasi tarif antara transportasi massal Jakarta dan KRL dapat dilakukan.
"Nah tadi terkait apakah kita bisa mengintegrasikan tarif antara KRL dengan MRT tentunya bisa, tapi kembali pada political willnya," ucap Suranto.
Dia menyebutkan saat ini belum adanya satu simpul koridor yang menghubungkan antar kedua moda transportasi tersebut. Sehingga, kata dia, integrasi tarif belum bisa dilakukan.
"Sebagai contoh ketika kita naik KRL Jabodetabek dan kita turun ke Stasiun Sudirman kita mau beralih ke MRT Jakarta itu penumpang harus keluar dulu, mereka harus tap out dulu jika dia mau masuk, dia harus tap in kembali. Ini karena antar simpul nggak ada koridor, sehingga penumpang terpaksa dia harus keluar dulu untuk tap out kemudian keluar dulu untuk tap in," jelasnya.
"Kalau dibangun suatu koridor tentunya bisa, dan memungkinkan integrasi untuk tarifnya. Namun balik lagi ini adalah masalah kemauan atau masing-masing operator," tambahnya.
Lebih lanjut Suranto menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis integrasi yakni, integrasi jaringan, pelayanan dan tarif. Dia menyebutkan integrasi jaringan dan pelayanan sudah mulai dilakukan pada moda transportasi massal di Jakarta.
(idn/idn)