BMKG menyampaikan analisis soal cuaca panas di Jakarta hari ini. BMKG menyatakan saat ini sebagian wilayah Indonesia bagian selatan ekuator mulai memasuki periode peralihan musim atau pancaroba sehingga kondisi cuaca umumnya cerah berawan pada pagi hari dengan potensi hujan pada siang atau sore hari.
"Pada tanggal 21 Maret, matahari terletak pada musim kemarau, hal tersebut mengindikasikan perubahan pola angin akibat Indonesia bagian tengah lebih menerima radiasi matahari cukup tinggi sehingga angin monsun Australia yang membawa massa udara kering menjadi semakin kuat intensitasnya," kata Kasubid Prediksi Cuaca BMKG, Dr Ida Pramuwardani, saat dihubungi detikcom, Selasa (21/3/2023).
Selain itu, minimnya tutupan awan dan rendahnya kelembapan udara di wilayah Jakarta pada pagi hingga menjelang siang hari juga mendukung optimalisasi penyinaran matahari di wilayah Jakarta pada waktu-waktu tersebut. Sementara itu, memasuki bulan Ramadan, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki peralihan cuaca.
"Ketika memasuki bulan Ramadhan, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki wilayah Pancaroba, di mana suhu panas pada pagi-siang hari, serta munculnya awan konvektif di sore hingga menjelang malam hari yang membawa hujan disertai kilat/petir dan angin kencang sesaat secara umum cenderung sering terjadi pada bulan tersebut," katanya.
Lebih lanjut, kondisi tersebut dapat memicu kondisi suhu cukup terik pada siang hari di Jabodetabek dan beberapa wilayah Indonesia lainnya.
Sementara itu, dalam periode pancaroba (Maret-April), BMKG memprediksi potensi cuaca ekstrem masih dapat terjadi seperti Puting Beliung, waterspout, hujan lebat disertai kilat/petir/angin kencang.
"Kami menghimbau masyarakat untuk tetap menjaga kondisi tubuh, terutama pada siang hari di luar ruangan, juga untuk menjaga kondisi tubuh supaya tetap fit untuk menghadapi kondisi cuaca di musim peralihan yang kadang panas kemudian dapat terjadi hujan juga," katanya.
Sementara itu, pada akhir Maret ini, potensi curah hujan cukup tinggi masih terjadi di wilayah Indonesia, BMKG memaparkan penyebab Indonesia belum memasuki masa kemarau.
Beberapa pemicu dari kondisi tersebut antara lain:
1. Aktivitas monsun Australia yang belum dominan
2. Aktivitas gelombang atmosfer berupa Rossby Ekuatorial dan Gelombang Kelvin terpantau aktif di sebagian besar wilayah Indonesia;
3. Aktivitas monsun Asia yang belum melemah
4. Hangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia
5. Pusat tekanan rendah dan sirkulasi di sebagian wilayah Indonesia yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi dan konfluensi).
Sementara itu, daerah yang berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi berdasarkan model prakiraan cuaca dan observasi untuk seminggu ke depan adalah sebagian pesisir barat Sumatera, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Melihat potensi bencana hidrometeorologi yang masih akan terjadi, BMKG meminta masyarakat mengantisipasi sejumlah hal, di antaranya:
1. Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi curah hujan yang masih tinggi.
2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol
3. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
4. Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi).
5. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.
6. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.
(yld/dhn)