Cerita Penggemar Thrifting Berburu Baju Bekas, Tak Khawatir Gatal-gatal?

ADVERTISEMENT

Cerita Penggemar Thrifting Berburu Baju Bekas, Tak Khawatir Gatal-gatal?

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Sabtu, 18 Mar 2023 08:14 WIB
Harga pakaian yang relatif murah di pasaran membuat jumlah limbah tekstil terus meningkat. Kini tren thrifting pun mulai bermunculan untuk kurangi limbah teksti
Ilustrasi berbelanja baju bekas. (Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Larangan impor baju bekas kembali ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sejumlah pihak mendukung sikap pemerintah itu termasuk anggota DPR yang mengkhawatirkan penyakit kulit hingga gatal-gatal karena baju bekas. Namun, penggemar thrifting yang hobi berburu baju bekas ternyata punya cerita berbeda.

Thia (22) mengaku dulu sempat ragu untuk thrifting karena khawatir dengan kebersihan baju-baju bekas tersebut. Berbekal informasi tips-tips mencuci baju bekas, Thia pun memberanikan diri untuk thrifting sejak 2020 lalu.

Biasanya, dia berburu kemeja vintage, jaket hingga celana saat thrifting online maupun langsung datang ke Pasar Senen hingga Pasar Baru. Saat beruntung, Thia bisa menemukan kemeja dengan harga Rp 20 ribu dan jaket seharga Rp 50 ribu saja.

"Karena saya suka style yang vintage gitu jadi akhirnya tertarik buat coba-coba beli. Terus juga udah tahu cara nyuci si baju bekas ini dengan benar jadi nggak takut lagi," kata Thia saat berbincang, Jumat (18/3/2023).

Thia kurang setuju bila impor baju bekas dilarang karena masalah kebersihan. Sering thrifting online lewat marketplace, Thia meyakini para owner toko sudah lebih dulu mencuci baju-baju itu. Dia pun mencuci ulang ketika sudah menerima barang-barang bekas tersebut.

"Kalau dilarang karena soal mengancam kesehatan, sebenernya ada banyak cara buat ngatasin ketakutan itu sih. Kan, habis beli bajunya juga nggak langsung dipake, pasti ada proses pencuciannya dulu dan sebagainya. Bahkan yang thrifting online pun setahu aku si ownernya pasti laundry bajunya dulu sebelum dikemas ke pembeli. Jadi sama aja kayak beli baju di toko pakaian biasa," ungkap mahasiswi ini.

Pendapat senada disampaikan penggemar thrifting lain bernama Alfons (28). Hobi thrifting sejak 2019, karyawan swasta ini tak memungkiri harga murah jadi alasannya.

"Lebih pilih thrifting karena lebih murah banget daripada beli di toko baju biasa. Lebih murah banget dan kualitasnya oke," ucapnya.

Bagi Alfons, di mana lagi bisa mendapatkan kaos vintage hingga jaket dengan harga di bawah Rp 100 ribu. Nggak takut gatal-gatal saat beli baju bekas?

"Pengalaman sih nggak pernah ya gatal-gatal, kan abis beli dicuci bersih, pakaian thrifting juga proper kok, bukan pakaian buluk gitu. Jadi ya proper, dijual dengan baik juga, nggak kotor, dan nggak sobek," ungkap Alfons.

Harga pakaian yang relatif murah di pasaran membuat jumlah limbah tekstil terus meningkat. Kini tren thrifting pun mulai bermunculan untuk kurangi limbah tekstiHarga pakaian yang relatif murah di pasaran membuat jumlah limbah tekstil terus meningkat. Kini tren thrifting pun mulai bermunculan untuk kurangi limbah teksti. (Rifkianto Nugroho/detikcom)

Cerita Reseller Thrifting: Sortir Baju Bekas dari Pasar, Cuci, Raup Cuan

Cerita soal baju bekas dicuci dulu sebelum dijual juga diungkap oleh seorang reseller thrifting asal Yogyakarta. Ima (22) -bukan nama sebenarnya- adalah mahasiswi yang mulai bisnis thrifting sejak pandemi. Dia biasanya berburu baju bekas di Pasar Sekaten untuk kemudian dijual lagi secara online.

"Ngambil dari Pasar Sekaten. Terus langsung aku laundry. Lalu untuk keuntungannya, lumayanlah untuk aku yang waktu itu mahasiswi," kata Ima saat berbincang.

Ima termasuk yang tak setuju dengan larangan impor baju bekas. Dia pun merespons alasan impor baju bekas dilarang yang katanya untuk mendukung UMKM hingga soal masalah kesehatan.

"Menurutku sih kalau yang berdampak buat UMKM harusnya segala sesuatu yang berhubungan sama impor tekstil, baju-baju dari luar terutama China harusnya sih juga dilarang ya. Terus yang masalah kesehatan, selama aku jualan ini Alhamdulillah nggak ada complain kena masalah kulit atau sejenisnya," ungkapnya.

Berada di ujung negeri penjualan baju-baju impor juga banyak diminati, bagaimana dengan harganya?Berada di ujung negeri penjualan baju-baju impor juga banyak diminati, bagaimana dengan harganya? (Rifkianto Nugroho/detikcom)

Dia juga mempertanyakan implementasi larangan impor baju bekas. Thrifting sendiri kini makin digemari anak muda dan lokasinya beragam di berbagai daerah.

"Menurutku sih bakal banyak yang protes ya, dari yang aku lihat orang dan teman-teman sekitarku tuh masih banyak yang suka thrifting. Selain harganya murah sama bisa ditawar, juga ada kepuasan tersendiri gitu kalau dapet barang bagus pas thrifting," kata Ima.

"Apalagi di setiap kota di Indonesia setahuku ada pusat thriftingnya sendiri gitu jadi kayaknya sih agak susah dan makan waktu yang lama ya buat implementasiin larangan dari pemerintah ini," lanjutnya.

Sebelumnya diberitakan, Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad menyebut ada empat kerugian impor pakaian bekas. Salah satunya soal kekhawatiran pemakainya gatal-gatal. Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Simak Video 'Pakaian Bekas Impor Bikin Industri Tekstil Gempor':

[Gambas:Video 20detik]



ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT