Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengunjungi SMA Negeri 32, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dirinya meninjau Gerakan Aksi Bergizi sebagai upaya pencegahan stunting sejak dini di Ibu Kota.
Pantauan detikcom di lokasi pada Jumat (3/3/2023) pukul 07.42 WIB, Heru datang dan didampingi Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, dan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana. Heru beserta rombongan langsung disambut oleh Kepala sekolah, guru, serta para murid.
"Menyadarkan bahwa sehat itu sangat penting supaya ke depan bisa menjadi anak bangsa yang tangguh antara lain adalah menyadarkan bahwa untuk menghindari stunting," kata Heru di lokasi, Jumat (3/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Heru menjelaskan Gerakan Aksi Bergizi ini merupakan ajakan kepada para remaja putri untuk rutin mengonsumsi tablet penambah darah seminggu sekali untuk menjaga daya tahan tubuh. Heru pun berharap agar kegiatan seperti ini dapat di lakukan secara rutin.
"Dengan Bu Kadis kesehatan, Kadis pendidikan sudah memberikan vitamin penambah darah, dan ini akan terus kita gaungkan dan tentunya seluruh lapisan masyarakat dapat membantu untuk menurunkan stunting," ujarnya.
"Mau saya, kalau ada waktu, seluruh SMP dan SMA, Puskesmas di Jakarta. Intinya ya supaya stunting itu terus bisa kita tangani," lanjutnya.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan agar para remaja putri dapat menerapkan makan gizi seimbang. Sebab remaja putri akan mengalami mentruasi dan melahirkan.
"Kita tau bahwa anak remaja akan menstruasi. Sehingga dikhawatirkan terjadi anemia. Kedua, gaya hidup itu menjadi penting. Mungkin diantara anak-anak juga pengennya langsing. Boleh langsing tapi harus tetap menerapkan menu gizi seimbang," kata Widyastuti.
"Jadi selain tablet tambah darah pada saat sarapan pagi, kita juga pesankan, minimal 3 warna dalam piringnya yaitu ada putih karbohidrat, coklat protein, dan hijau sayur ataupun buah," tambahnya.
Widyastuti mengatakan bahwa kurang dari 15 persen anak yang menderita anemia akibat kurang gizi dan darah. Menurutnya, strategi pemerintah dalam memberikan tablet penambah darah dinilai tepat.
"Data di kita memang menunjukkan , sedikit kita survei di Jakarta Utara, angka anemia pada anak sekolah cukup mengkhawatirkan, dan tentu strategi pemerintah dalam memberikan tablet tambah darah ini jadi satu strategi yang tepat," tuturnya.
"Ada sekitar kurang dari 15%. Tapi meskipun kurang dari itu, tetap harus kita intervensi. Karena kan nanti adik- adik ini jadi calon ibu yang nanti akan melahirkan," pungkasnya.
Simak juga 'Stunting di Indonesia Kini Turun Menjadi 21,6%':